Srinagar, Gatra.com - Tentara India di Kashmir membolehkan umat Muslim berjalan ke masjid-masjid sekitar untuk melaksanakan ibadah Iduladha. Sebelumnya, keamanan begitu ketat. Tentara India memaksa agar masyarakat Muslim yang berada di wilayah sengketa tetap tinggal di dalam rumah mereka.
"Hati kami terbakar," kata Habibullah Bhat (75), mengatakan bahwa ia datang untuk salat meskipun kesehatannya sedang merosot. "India telah melempar kami ke zaman kegelapan. Tetapi Tuhan ada di pihak kami dan perlawanan kami akan menang," ucapnya, dilansir AP News, Senin (12/8).
Ratusan jamaah seusai salat menjajaki sebuah jalan di sebuah lingkungan di Srinagar. Mereka berteriak-teriak, "Kami menginginkan kebebasan," dan, "Pergilah India, pergi sana," kata seorang saksi mata.
Baca Juga: Warga Kashmir Tidak Bisa Merayakan Idul Adha
Semua komunikasi dan internet masih diputus di hari kedelapan pasca pencabutan otonomi khusus Kashmir oleh New Delhi. Keamanan yang ketat untuk membatasi gerak warga Muslim diperkirakan akan berlangsung hingga Kamis mendatang, di hari kemerdekaan India. Ada kelonggaran pembatasan yang diberikan pemerintah India, yaitu pada salat Jumat pekan lalu, dan saat berbelanja untuk kebutuhan Iduladha.
Wilayah ini pernah merasakan berbulan-bulan pengekangan selama pemberontakan besar-besaran terhadap pemerintah India pada 2008, 2010, dan 2016. Pembatasan akses, penguncian keamanan, dan pemadaman informasi bukanlah hal baru bagi warga Kashmir.
Orang-orang di Kashmir belajar dari pengalaman tentang bagaimana cara untuk bertahan dari penahanan di dalam rumah mereka masing-masing. Penduduk juga terbiasa untuk memasok banyak barang penting yang biasanya dilakukan selama bulan-bulan musim dingin ketika akses jalan dan jalur komunikasi diputus.
Baca Juga: Kecaman Dunia Internasional Terhadap Langkah India Cabut Otonomi Khusus Kashmir
Lebih dari satu juta penduduk tinggal di dalam pengepungan keamanan Srinagar. Kesulitan, kata para penduduk, datang pelan-pelan. Warga mulai menghadapi kekurangan makanan dan kebutuhan lainnya karena banyak toko yang tutup. Pergerakan warga juga dibatasi.
Pihak berwenang mengatakan mereka telah menyediakan ATM sehingga warga dapat mengambil uang untuk membeli barang-barang penting pada hari raya Iduladha.
Seorang polisi Kashmir mengatakan, lewat sebuah cuitan di Twitter, bahwa kondisi terkini "berakhir dengan damai di berbagai bagian Lembah (Kashmir). Belum ada insiden yang tidak diinginkan yang dilaporkan sejauh ini." Namun, penutupan akses komunikasi berarti verifikasi independen atas peristiwa di kawasan itu juga terbatas.
Baca Juga: Sejarah Konflik Kashmir, Konflik Paling Berbahaya di Dunia
India dan Pakistan berebut menguasai Kashmir sejak 1948. Kedua belah pihak telah melakukan dua kali pertempuran.
Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mahmood Qureshi mendesak masyarakat internasional untuk menyorot kekejaman dan pelanggaran HAM di Kashmir oleh India. Dia juga mengatakan bahwa Pakistan sedang melakukan usaha yang terbaik untuk membawa permasalahan Kashmir ke tingkat internasional dan mengungkap kekejaman India di wilayah tersebut.