Srinagar, Gatra.com - Perayaan Idul Adha di Kashmir, pasca pencabutan otonomi khusus oleh India, cukup memprihatinkan dan tidak seperti perayaan idul adha pada umumnya di daerah lainya, akibat penutupan militer di ibukota Kashmir, Srinagar.
Dilansir dari AFP, seorang pengusaha bernama Bashir Ahmad harus berkendara lebih dari 20 kilometer dari rumahnya di pinggiran kota, melakukan negosiasi untuk melewati barikade dan gulungan kawat berduri yang dijaga oleh pasukan paramiliter. Namun ia tidak dapat menemukan tempat untuk mengambil uang yang ia butuhkan untuk membayar seekor domba, sebab ATM telah kehabisan uang tunai dan bank-bank ditutup.
"Saya mengambil risiko tetapi ini tidak berguna," kata Ahmad kepada AFP, Ahad (11/8).
Ahmad menyebut tahun lalu ia membeli lima domba, namyn tahun ini tidak memilikinya sama sekali.
"Saya rasa saya tidak bisa membeli domba tahun ini dan menjalankan ibadah kurban dengan baik," ujarnya.
Kashmir yang mayoritas Muslim akan merayakan Idul Adha pada hari Senin (12/8), tepat seminggu setelah pemerintah nasionalis Hindu India membatalkan status otonomi khusus daerah konflik, itu dan memberlakukan jam malam.
Warga setempat merayakan Idul Adha dengan membeli puluhan ribu domba dan kambing, kemudian dagingnya didistribusikan di antara kerabat dan panti asuhan.
Namun kebiasaan itu tidak terjadi tahun ini, karena pemerintah India yang didukung puluhan ribu pasukan paramiliter mempertahankan pembatasan keamanan ketat, yang telah mencegah orang berkumpul dalam jumlah yang besar.
Meskipun mereka secara singkat dilonggarkan pada hari Minggu (11/8), tetapi pada akhirnya penjagaan ketat telah diberlakukan kembali.
Warga Kashmir lain, Shakeel Bhat berhasil mencapai pasar di Srinagar setelah berjalan sejauh 10 kilometer, namun menyadari bahwa dirinya tidak mampu membeli domba atau kambing yang dijual.
"Target saya adalah 9.000 rupee (US$127) tetapi nilainya terlalu tinggi. Para dealer mengatakan mereka mempertaruhkan hidup mereka untuk keluar di jalan-jalan," kata Bhat.
Shamsher Khan dan dua saudara lelakinya dari komunitas nomaden Kashmir telah memelihara domba dan kambing sepanjang tahun, berusaha melintasi padang rumput dan melewati gunung dan menjual kambing mereka selama Idul Adha.
Khan berjalan hampir 250 kilometer (155 mil) dari distrik Reasi dengan ternaknya yang terdiri dari 150 domba ke Srinagar pekan lalu, ketika penguncian keamanan diberlakukan.
"Kami tidak memiliki penjualan tahun ini. Orang-orang tidak memiliki uang tunai dan situasinya sangat buruk. Hampir tidak ada yang bisa keluar dari rumah mereka," kata Khan.
"Kami tidak memiliki sumber penghasilan kecuali menjual ternak kami dan mendapatkan uang untuk menopang di tahun mendatang," tambahnya.
Diketahui, Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan, berakhirnya otonomi bagi Kashmir akan membebaskan wilayah Himalaya dari terorisme dan separatisme serta mendorong pembangunan ekonomi.
Namun Warga Kashmir Shuja Rasool melihat itu sebagai tindakan keras yang dipaksakan oleh New Delhi, sebagai campur tangan dalam urusan agama.
Setelah 32 tahun penuh ketaatan, dia juga tidak bisa mendapatkan uang tunai untuk membeli hewan kurban untuk Idul Adha.
"Saya sangat sedih, kami tidak bebas dan tidak ada kebebasan untuk menjalankan agama kami," kata Rasool.
Kenyataan sama juga dikeluhkan seorang pedagang hewan yang telah berkecimpung dalam bisnis itu selama 15 tahun.
"Modi telah membuat situasi sedemikian ketat di sini sehingga tidak terbayangkan. Ketika dia mengangkat jam malam, kita akan mengorbankan diri kita sendiri. Sama seperti kita mengorbankan kambing saat Idul Adha, kita akan mengorbankan hidup kita sendiri untuk bangsa kita," kata pedagang itu.