Palembang, Gatra.com – Olahan buah kelapa berupa santan beku yang dihasilkan oleh perusahaan di Sumatera Selatan (Sumsel) telah mampu tembus di pasar China dan Hongkong. Pada Sabtu (9/8) lalu, PT Kelapa Puncak Nusantara melakukan peresmian keberangkatan ekspor komoditas olahan kelapa tersebut yang dihadiiri Gubernur Sumsel, Herman Deru.
Produksi santan kelapa Sumsel baik ke Hongkong, China dan Thailand tercatat terus meningkat. Berdasarkan data Badan Karantina Pertanian (Barantan), ekspor yang diawali November hingga akhir tahun. Tercatat sudah empat kali frekuensi pengiriman dengan bobot 228,7 ton santan atau senilai Rp928 juta. Sampai juli 2019, ekspor dilakukan 16 kali pengiriman ke tiga negara mitra sebanyak 758 ton, senilai Rp.2,8 triliun. "Kita apresiasi pelaku usaha yang melakukan ekspor produk pertanian, terutama yang sudah dalam bentuk jadi atau olahan seperti santan ini," kata Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil di Palembang, Sabtu (10/8).
Berdasarkan data lalulintas komoditas pertanian pada IQFAST terdapat 12 negara yang menjadi konsumen santan asal Indonesia, selain Cina, Hongkong dan Thailand, yakni Amerika Serikat, Belgia, Australia, Selandia Baru dan juga Belanda. Jamil menerangkan, tiga negara tujuan ekspor seperti Australia, Selandia Baru dan Belanda telah diterapkan proses bisnis karantina dengan sertifikat online (e-Cert). Selain lebih cepat, e-Cert juga menjamin produk dapat ditarima sebelum barang datang, karena seluruh persyaratan teknis kesehatan dan keamanan komoditasnya diperiksa terlebih dahulu. “Sangat penting menggiatkan ekspor produk olahan untuk menggantikan ekspor komoditas pertanian dalam bentuk asli ataupun bibit. Selain tidak memberi nilai tambah, ke depan dapat juga mengurangi volume ekspor karena sudah dapat dibudidayakan di negara tujuan ekspor. Ini bisa berakibat pada perlambatan ekonomi. Kita sudah banyak belajar, sudah saatnya kita mengubahnya. Undang investor jika perlu untuk membangun industri olahan," katanya.
Pemilik PT. Kelapa Puncak Nusantara, Romli Rusli, nilai ekspor telah mampu memberikan nilai tambah 30% dibandingkan mengekspor buah kelapa asal Banyuasin dalam bentuk kelapa bulat. "Belum lagi ada tambahan berupa ampas kelapanya yang dapat dimanfaatkan, juga dapat menggerakan roda ekonomi industri," ucapnya.
Dalam sambutannya, Gubernur Herman Deru mengatakan apa yang sudah dilakukan PT. Kelapa Puncak Nusantara perlu mendapatkan apresiasi karena akan mampu berimbas pada ekonomi petani kelapa di Sumsel. Pemprov akan berupaya mendorong proses akselerasi percepatan produksi sekaligus ekspor komoditas kelapa tersebut. "Hari ini luar biasa, berangkatkan ekspor santan kelapa ke Cina dan Hongkong. Sebagai kepala daerah, saya sangat bangga, karena ini sebuah langkah besar yang berdampak bagi komoditas kepala di Sumsel,”ungkapnya.
Adapun ekspor yang dilakukan perusahaan yang berada di kabupaten Ogan Ilir tersebut diantaranya sebanyak 79.200 Kg ke China dan 12.600 Kg ke Hongkong dengan senilai ekspor Rp. 1 miliar. Beberapa hari setelah dilantik, Gubernur Deru mengatakan dia sempat bertemu dengan perwakilan petani kelapa yang mengeluhkan rendahnya harga jual buah kelapa di tingkat petani, yang hanya sekitar Rp300-Rp600/butir. “Setelah itu, saya berfikir dan mengagas bagaimana hilirisasi produk kelapa tersebut,” aku Deru seraya mengatakan untuk bersama-sama meningkatkan nilai jual dari bahan baku kelapa. “Pemerintah akan memudahkan perizinan dan insentif kepada pelaku usaha, banyak komoditas yang lain yang memiliki nilai jual seperti kelapa, diantaranya kopi, duku, durian yang juga bisa menembus pasar dunia jika digarap serius,” pungkasnya.