Washington D.C, Gatra.com - Para peneliti sebelumnya berkesimpulan bahwa daerah-daerah dataran tinggi seperti Tibet dan Andes adalah tempat yang tidak dihuni manusia pada zaman purba. Namun, semakin banyak penemuan arkeologis baru-baru ini menunjukkan bahwa manusia mungkin telah menjajah ketinggian tinggi lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.
Para ilmuwan yang bekerja di Ethiopia telah mengungkap apa yang mereka katakan sebagai bukti paling awal hingga saat ini dari para pendaki gunung prasejarah, orang-orang yang membuat rumah dengan ketinggian luar biasa selama zaman es terakhir lebih dari 30.000 tahun yang lalu.
"Temuan yang paling menarik adalah fakta bahwa orang prasejarah berulang kali, selama ribuan tahun, menghabiskan banyak waktu di tempat tinggi, dengan sengaja memanfaatkan sumber daya Afro-alpine yang tersedia," kata rekan penulis studi ini, Götz Ossendorf yang juga seorang arkeolog di Universitas Cologne di Jerman, dalam lansiran dari laman Live Science, Jumat (10/8)
Dalam studi baru ini para peneliti berjalan ke singkapan berbatu di dekat pemukiman Fincha Habera di Pegunungan Bale di Ethiopia selatan, yang terletak sekitar 11.380 kaki (3.469 meter) di atas permukaan laut. Mencapai ketinggian hingga hampir 14.400 kaki (4.400 m) di atas permukaan laut, Pegunungan Bale tidak ramah bagi manusia, udaranya tipis, suhunya berfluktuasi tajam dan sering turun hujan.
Para ilmuwan menemukan banyak peninggalan purba di sini, seperti artefak batu, tulang binatang yang dibakar, pecahan tanah liat, dan manik-manik kaca. Peneliti menganalisis endapan yang tersimpan di tanah di sana untuk mengetahui umurnya dan mengumpulkan detail tentang bagaimana orang-orang di sana hidup.
Anehnya, penanggalan karbon mengungkapkan artefak paling awal di situs tersebut diperkirakan berusia antara 47.000 dan 31.000 tahun yang lalu. Dengan demikian, tempat perlindungan batu ini aktif selama periode glasial terakhir, ketika lapisan es yang luas menutupi sebagian besar planet bumi.
"Pada waktu itu, sebagian besar Pegunungan Bale, sekitar 100 kilometer persegi luasnya, tertutup oleh es," kata rekan penulis studi ini, Alexander Groos yang juga seorang ahli glasiologi di Universitas Bern di Swiss, kepada Live Science.
Temuan ini menjelaskan potensi manusia untuk beradaptasi dengan perubahan di sekitar lingkungan mereka, kata para peneliti. Sebagai contoh, beberapa kelompok orang yang hidup di pegunungan Ethiopia saat ini dapat dengan mudah hidup dengan kadar oksigen rendah di udara.