Jakarta, Gatra.com - Politisi Partai Gerindra, Andre Rosiade merasa aneh bila ada pihak yang merasa risi dan terganggu dengan pertemuan tokoh bangsa Prabowo-Megawati dan Jokowi-Prabowo beberapa waktu lalu. Ia mengatakan sebagian besar warga Indonesia mendukung dan mengapresiasi adanya sowanan tersebut.
"Di saat warga Indonesia begitu mengapresiasi pertemuan antara pak Prabowo dengan pak Joko Widodo dan bu Megawati, ternyata ada pihak yang kebakaran berewok menanggapi kejadian tersebut," ujarnya saat ditemui usai program "Perspektif Indonesia: Membaca Arah Tusukan Pidato Mega" di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (10/8).
Ia menyayangkan masih adanya pihak yang jengkel atas pertemuan dari tokoh yang semula "berlaga" di kontestasi pilpres tersebut. "Sangat disayangkan sekali sikap seperti ini padahal di dalamnya ada keteladanan bangsa. Tetapi yang penting, mau kebakaran jenggot ataupun berewok, saya merasakan masyarakat merespon positif pertemuan itu," kata Andre.
Andre mengatakan bahwa kompetisi sudah selesai dan seharusnya para pimpinan partai memberi teladan yang baik kepada masyarakat. Ia mengatakan pertarungan pilpres akan berlanjut pada 2024 mendatang dan semua pihak menurutnya perlu menghadapi kompetisi politik dengan bijak.
"Kompetisi ini sudah selesai dan seharusnya kita semua sama-sama belajar dari pilpres 2019 ini karena setiap lima tahun sekali kita akan menghadapi situasi politik dengan keadaan tak terduga dan perlu sikap lebih bijak. Sebab apabila para tokoh politik tidak mencontohkan hal yang baik kepada seluruh warga Indonesia, maka akan membahayakan pada 2024 mendatang" ucapnya.
Dirinya mengatakan bahwa politik itu dinamis. Menjawab perubahan sikap Gerindra yang semula oposisi menjadi koalisi, Andre berujar hal tersebut sudah menjadi konsekuensi politik. Meski enggan berspekulasi, Wasekjen Gerindra itu menyebutkan bila koalisi 02 pindah kubu ke 01 maka akan terjadi dua kemungkinan.
Pertama, munculnya resistensi atau penolakan dari pendukung Prabowo-Sandi. Kedua, munculnya penolakan dari koalisi Jokowi-Ma'ruf. Andre mengatakan penolakan dari kubu Jokowi-Ma'ruf mungkin saja terjadi, karena dengan masuknya kubu 02 akan mengurangi jatah dan kesepakatan kursi menteri tiap partai.
Sebelumnya Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto melangsungkan pertemuan di kantor DPP Nasdem pada penghujung Juli lalu (22/7). Pertemuan tersebut disinyalir turut membahas jumlah kursi menteri untuk tiap parpol. Meski ketiga tokoh politik tersebut menyebut tujuan pertemuan untuk menjaga solidaritas antar sesama partai koalisi pendukung Joko Widodo - Ma'ruf Amin.