Buleleng, Gatra.com - Kepala Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBPP) Gondol, Bali, Bambang Susanto, M.Si, beserta peneliti Ir. Ibnu Rusdi, M.P., ikut mengenalkan kerang abalon kepada turis asing dan warga Bali. Maklum, jenis kerang-kerangan bernama abalon ini memang belum banyak dikenal oleh masyarakat di Tanah Air.
Caranya, kerang abalon diolah menjadi makanan oleh juru masak di rumah makan Warung Pencar. Kebetulan ada seorang turis asing dari Prancis bernama Sylvain Pont beserta keluarganya yang sedang makan.
Ia yang baru pertama kali berlibur di Bali ini mendapat kehormatan mencicipi hidangan kerang abalon. “Saya baru pertama kali merasakan kerang abalon, rasanya enak dan gurih,” ujar Sylvain Pont, di Rumah Makan Warung Pencar, Buleleng, Jumat (9/8).
Lantas ia mempersilakan istrinya ikut mencicipi kerang abalone. “Good, oke,” katanya tersenyum sambil menyuapin kerang kepada anaknya.
Soal makanan kerang ia pernah menikmati di Prancis tapi untuk jenis abalon baru pertama kali. Kemudian peneliti abalon Ir. Ibnu Rusdi, MP. mendekati turin asing itu sambil menerangkan hasil penelitiannya.
Sementara, warga asli Bali Tori Yulistianto yang juga kebetulan berada di rumah makan itu ikut mencoba masakan kerang abalone. Ia mengaku baru pertama kali merasakan masakan kerang abalon.
“Saya juga punya usaha rumah makan sea food, tapi baru pertama kali merasakan masakan kerang abalon. Enak dan teksturnya tidak berubah meski dimasak matang dan empuk tidak kenyal,” kata Tori.
Ayah dua putri ini berencana menu kerang abalon tersedia dalam daftar menu di rumah makannya. “Bagaimana caranya mendapatkan kerang abalon,” tanya Tori kepada Kepala BBPPBL Gondol.
“Nanti kita bicarakan lagi, kami punya pembenihan sampai abalon siap panen di balai kami,” tutur Bambang.
Diketahui, BBPPBL Gondol telah menguasai teknologi pengembangbiakan kerang abalone hingga sampai pembesaran.
Selama ini, untuk mendapatkan jenis kerang bercangkang tunggal itu hanya mengandalkan hasil tangkapan nelayan, terutama di perairan sekitar Pulau Lombok, Flores, Bali, dan Sulawesi. Hasil tangkapan nelayan ini tidaklah sebanding dengan permintaan pasar yang makin besar.
Karenanya, budidaya abalon saat ini tengah dikembangkan penelitiannya di Gondol agar diperoleh bibit unggul dengan pertumbuhan yang cepat, tahan penyakit, ramah lingkungan, dan menggunakan teknologi yang adaptif serta rendah biaya.