Home Ekonomi Beras Organik Pandanwangi Deli Serdang Laris Manis

Beras Organik Pandanwangi Deli Serdang Laris Manis

Deli Serdang, Gatra.com - Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi, mengatakan, beras organik Pandanwangi sangat diminati atau laris manis di pasar domestik.

Suwandi saat berkunjung di Kelompok Tani Mekar Pasar Kawat, Desa Karanganyar, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), Jumat (9/8), menyampaikan, tingginya permintaan membuat peluang pengembangan budidaya padi organik jenis ini semakin menjanjikan.

Pasalnya, lanjut Suwandi, selera konsumen saat ini sudah bergeser ke arah pangan yang sehat. Kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan perhatian pada teknik budidaya yang ramah lingkungan. Buktinya, pasokan beras organik laris manis di sekitar Medan, Sumatera Utara (Sumut).

"Kita terus berkomitmen membangun teknis pertanian yang sehat dan ramah lingkungan, bahkan membangun desa mandiri organik di berbagai wilayah," ungkapnya.

Baca juga: Kementan: Beras Organik Indonesia Kian Diminati Pasar Ekspor

Menurut Suwandi, sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Kementan terus membangun pertanian ramah lingkungan dengan mengembangkan padi organik semakin berkembang. Salah satunya dikembangkan petani di Deli Sedang, Sumut.

"Ini di Deli Serdang, Sumatera Utara ada tiga kelompoktani padi organik seluas 49 hektare, salah satunya ada di Desa Karanganyar ini," katanya.

Sementara itu, Ketua Kelompoktani Mekar Pasar Kawat, Sukardi, mengatakan, proses budidaya padi organik tidak jauh berbeda dengan padi biasa. Air irigasi dijaga supaya tidak tercemar dengan cara sederhana dengan membuat bak-bak petak air untuk pengendapan sebelum masuk ke sawah dan bila perlu dikasih enceng gondok.

"Benih pandanwangi merupakan benih jabal, dibiakan sendiri dan sudah memiliki rumah Unit Pengolahan Pupuk Organik [UPPO] dan ternak sapi," ujarnya.

"Pemupukan dengan kompos dan pupuk kandang 1,5 ton permusim, serta pestisida nabati seperti penggunaan daun nimba, rempah-rempah, tricoderma, tanaman refugia, dan lainnya," ungkap dia.

Sukardi menambahkan, padi organik ini telah mendapat sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS) sejak 2013 dan diperpanjang pada 2016 berlaku 3 tahun ke depan. Secara LeSOS melakukan pendampingan dan inspeksi langsung ke lokasi pertanaman.

"Bahkan secara periodik dilakukan uji lab mutu air irigasi dan kualitas beras serta mencermati kondisi lingkungan sekitar," sebutnya.

Terkait biaya produksi, Sukardi menyebutkan, budidaya padi organik Rp13,5 juta perhektare, menghasilkan 6 hingga 7 ton gabah kering giling (GKG) per hektare, setara 3,8 ton beras. Harga jual Rp13.500 per kg untuk beras organik Pandanwangi dan Rp12.500 per kg untuk beras organik Ciherang.

"Iya tidak apa-apa memang dijual lebih murah, namun cepat laku dan ini sebagian memasok sosial untuk kemanusian panti jompo dan komunitas autis," ungkapnya.

Selain itu, sambung Sukardi, penjualannya pun tidak ada kendala di pasaran. Bahkan permintaan tinggi dan pihaknya kewalahan. Padi atau beras organik yang dihasilkannya habis untuk memasok wilayah Lubuk Pakam, Binjai, dan Medan. Pelanggan rutin 0,5 ton per bulan ke panti jompo dan 1,5 ton per bulan ke komunitas autis.

Baca juga: Kupang Panen Raya Padi Organik Hasil Penggunaan Pupuk Hayati Dinosaurus

"Manfaat konsumsi beras organik orang jompo memperbaiki sistem percernaan dan bagi penderita autis mengonsumsi 2 tahun berturut turut bisa menurunkan hiperaktif dan membaik dan bisa pindah masuk ke sekolah umum," ungkapnya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Samsul Bahri, mengatakan, Deli Serdang akan mengembangkan padi organik hingga 500 hektare pada akhir 2024. "Padi organik menjadi andalan ekonomi pengungkit kesejahteraan petani di wilayah sini," katanya.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumut, Muhammad Juwaini, menambahkan, dinas pertanian setiap tahun menumbuhkan 5 hingga 7 kelompok tani padi organik, termasuk memfasilitasi sertifikasi, pembinaan, dan pelatihan di lapangan.

"Potensi pasar masih sangat terbuka baik untuk wilayah Medan maupun ekspor," ujarnya.