Home Internasional Penembakan di AS, Sejumlah Negara Keluarkan Travel Warning

Penembakan di AS, Sejumlah Negara Keluarkan Travel Warning

Washington D.C., Gatra.com - Sebuah kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) terkemuka telah mengeluarkan peringatan perjalanan (travel warning) ke Amerika Serikat (AS), pasca terjadinya dua penembakan di negara itu yang menewaskan 31 orang di negara bagian Ohio dan Texas.

Kantor berita Aljazeera hari ini, Jumat (9/8) melaporkan, Venezuela dan Uruguay turut mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warga negaranya yang ingin berkunjung ke AS awal pekan ini, atas serangan senjata mematikan itu.

Peringatan Uruguay tentang perjalanan ke AS, dikeluarkan pada Rabu lalu. Pemerintah menyarankan warganya untuk menghindari taman hiburan AS, pusat perbelanjaan, festival seni, kegiatan keagamaan, dan acara olahraga.

Baca Juga: Penembakan Massal di El Paso, 20 Tewas

Sementara itu Venezuela menyarankan warga negaranya untuk "mengambil tindakan pencegahan yang ekstrem atau menunda perjalanan mereka dalam menghadapi maraknya tindakan kekerasan dan kejahatan rasial" di AS.

Amnesty International mengatakan negara-negara yang mengeluarkan peringatan perjalanan punya tujuan untuk "membuat AS bercermin" seperti saat Departemen Luar Negeri AS memberi peringatan perjalanan kepada warga negaranya untuk berkunjung ke negara lain.

Para pelancong yang datang ke AS harus "sangat waspada setiap saat, dan waspada terhadap keberadaan senjata api di kalangan penduduk," kata Amnesty International dalam sebuah pernyataan, Kamis. "Hindari tempat-tempat banyak orang berkumpul, terutama acara budaya, tempat ibadah, sekolah, dan pusat perbelanjaan. Kewaspadaan perlu ditingkatkan ketika mengunjungi bar lokal, klub malam, dan kasino," kata kelompok itu.

Baca Juga: Pasca Penembakan di El Paso, Walmart Tetap Menjual Senjata

Mereka juga mengadvokasi langkah-langkah pengendalian senjata yang lebih ketat di AS. Peringatan yang mengecam "kekerasan senjata yang merajalela" itu terjadi setelah penembakan beruntun selama akhir pekan. Dalam serangan pertama pada Sabtu, seorang pria bersenjata menembaki pembeli di sebuah toko Walmart di kota El Paso, di perbatasan AS dengan Meksiko. Peristiwa mengecam ini telah menewaskan 22 orang.

Hanya berselang 13 jam kemudian, penembakan brutal kembali terjadi. Seorang pria bersenjata membombardir tembakan ke sebuah bar lokal di Dayton, Ohio. Sembilan orang tewas dalam kejadian naas ini. Polisi membunuh penembak di tempat kejadian. Belasan korban lain terluka dalam kedua serangan itu.

Penyelidik berkeyakinan penembakan di El Paso adalah kejahatan yang bermotif rasial. Sementara FBI mengatakan pria bersenjata Dayton itu memang memiliki kecenderungan melakukan tindak kekerasan.

Baca Juga: Penembakan Ohio AS, Kurang dari 1 Menit 9 Tewas

Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengusulkan pemeriksaan latar belakang yang lebih luas dan memastikan orang yang sakit mental tidak mendapatkan akses untuk memiliki senjata.

"Orang-orang di AS tidak dapat bebas dari bahaya secara wajar. Jaminan untuk tidak ditembak adalah hal yang mustahil. Sekali lagi, sangat jelas pemerintah AS tidak mau memastikan perlindungan terhadap kekerasan senjata," kritik salah satu pejabat Amnesty International, Ernest Coverson.

Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador pada Senin mendesak AS untuk "mengendalikan penjualan senjata tanpa pandang bulu" setelah delapan orang Meksiko ditembak mati dalam penembakan di El Paso.

Baca Juga: AS Sedang Mengembangkan Senjata Laser Baru

Asosiasi Perjalanan AS, sebuah kelompok nirlaba nasional yang berpusat di Washington D.C., mengatakan lebih dari 79 juta orang diperkirakan akan mengunjungi AS untuk perjalanan bisnis, atau sebagai pelajar pada 2019 saja.

Meningkatnya teror dan tindak kekerasan di AS berdampak pada sektor pariwisata di negara itu. Wisatawan global telah menurun, dan diproyeksikan akan terus turun hingga 2022. Sementara itu ekonom menjelaskan sebab penurunan sektor pariwisata di AS disebabkan karena melemahnya ekonomi global, ketegangan perdagangan, dan "ketidakpastian dalam pemerintahan Trump" sebagai sumber penurunan.

 

204