Home Ekonomi Kerang Abalon Calon Komoditas Unggulan Hasil Laut

Kerang Abalon Calon Komoditas Unggulan Hasil Laut

Buleleng, Gatra.com – Masyarakat sepertinya belum familier dengan nama abalon, yakni jenis kerang-kerangan yang saat ini menjadi komoditas dunia. Abalon atau Haliotis squamata ini permintaan di pasar internasional sangat bagus, terutama Jepang, Cina, Hongkong, Taiwan dan sejumlah Negara Eropa.

Abalon saat ini sulit ditemukan di perairan Tanah Air. Namun, para peneliti Indonesia berhasil mengembangkan teknologi pembenihan abalone yang kini dirintis di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol, Bali.

Kepala BBPPBL Gondol, Bambang Susanto, M.Si. mengatakan, komoditas yang kami kembangkan di balai ini di antaranya abalon, tripang dan ke depan adalah tuna. Kenapa abalon? Karena teknologinya sudah kita kuasai, dari pembenihannya, pendadaran, pembesarannya dan bahkan sudah kami aplikasikan ke masyarakat.

“Tinggal bagaimana masyarakat mengembangkan. Dan terakhir kita upayakan abalon ini, yang hasil riset dan teknooginya dari BBPPBL Gondol ini akan dibuat kemasan dalam kaleng yang pemasarannya tidak hanya untuk lokal tapi bisa dieskpor,” ujar Bambang di BBPPBL Gondol, Bali, Kamis (8/8).

Khususnya di Bali, lanjut Bambang, ini sangat besar pemintaannya. Selain untuk dikonsumsi abalon punya nilai artistik. Karena kulit abalon bisa dimanfaatkan untuk kerajinan.

Komoditas selanjutnya adalah tripang, karena populasi di alam sudah mulai menurun. Oleh karena itu hasil riset kami dari mulai pembenihan sampai pembesaran sudah bisa mengarah pemberdayaan masyarakat untu bisa memproduksi secara mandiri.

Selain untuk bahan pangan, tripang juga digunakan untuk bahan farmasi, kecantikan dan obat-obatan lainnya.

Komoditas selanjutnya adalah tuna yang pembibitanya sudah berjalan namun masih prlu pendalaman untuk membesarkan benih-benih tuna.

Sementara, peneliti abalon di BBPPBL Gondol, Ibnu Rusydi mengatakan, sejak 2008 tim penelitiannya telah memulai produksi benih abalon jenis Haliotis squamata yang diambil dar perairan setempat Bali, tapi sangat mirip dengan abalon yang hidup di perairan Taiwan.

Penelitian kerang abalon ini mulai dari transportasi induk, pemeliharaan induk dan pemijahan, pemeliharaan veliger dan juvenil abalon yang dilakukan dalam bak terkontrol. Sedangkan, pembesaran abalon dilakukan dalam bak semen dan juga keramba jaring apung.

Proyek budidaya kerang abalon yang dirintis para peneliti di BBPPBL Gondol ini sukses. Salah satu keberhasilan, ungkap Ibnu, bisa dilihat dari periode panen abalon yang lebih cepat jika dibandingkan menggunakan teknik pengembangbiakan secara alamiah.

Dari 100 ribu-150 ribu larva yang ditebar di setiap unit backyard hatchery, terang Ibnu, bisa dipanen 10 ribu hingga 20 ribu benih abalon per setiap periode empat bulan. Sedangkan, kalau pengembangbiakannya secara alamiah, mulai dari proses tebar sampai panen butuh waktu dua sampai tiga tahun.

Selain di Gondol, menurut Ibnu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga mengembangkan budidaya pembenihan abalon di wilayah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bahkan, di wilayah Sulawesi, budidaya kerang abalon sudah dirintis pihak swasta asing dengan basis pemberdayaan masyarakat.

"Masa depan budidaya kerang abalon sangat baik mengingat lahan yang cocok sangat luas. Makanan siput ini juga gampang dan bahan pakannya relatif murah. Makanan bagi kerang abalon ini berupa rumput laut, lumut, atau tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, dan minyak ikan," papar Ibnu.

 

 

1605