Melbourne, Gatra.com - Sejak tahun 2007, para astronom telah mencatat 85 sinyal radio dari antariksa melalui teleskop radio, tetapi tentang penjelasannya selalu menjadi misteri. Sekarang, para astronom berencana menggunakan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk menentukan sumber "jeritan-jeritan" tersebut. Dengan harapan dapat menjelaskan apa yang mengirim mereka ke Bumi.
Para astronom menyebut sinyal-sinyal aneh ini fast radio burst (FRB). Sejak yang pertama ditemukan pada tahun 2007, telah dilakukan beberapa upaya berkelanjutan untuk menjabarkan sumbernya.
Seorang mahasiswa doktoral di Swinburne University of Technology di Melbourne, Australia, Wael Farah mengembangkan sistem pembelajaran mesin yang mengenali tanda FRB ketika mereka terdeteksi di Observatorium Radio Molonglo Universitas Sydney. Sistem yang dikembangkan Farah ini membuat teleskop Molonglo menjadi lebih mengenali FRB dan beralih ke mode perekamannya yang lebih detail. Menurutnya, ini bisa menghasilkan rekaman FRB terbaik.
Selama ini, tim peneliti Farah telah menyimpulkan, mereka berhasil mendeteksi lima FRB secara nyata menggunakan teleskop radio tunggal.
Namun, penelitian Farah menunjukkan bahwa salah satu ciri FRB yang paling aneh tampaknya ketika sinyalnya tiba. Pancaran sinyal itu tidak akan pernah terulang lagi. Masing-masing sinyal yang dipancarkan merupakan peristiwa tunggal di antariksa yang tidak akan pernah terjadi lagi.
Berdasarkan data mereka, para peneliti memperkirakan, antara 59 dan 157 FRB yang dapat dideteksi secara teoritis tersebar di langit bumi setiap harinya. Para ilmuwan juga menggunakan deteksi langsung untuk memburu karakter lain sinyal ini yang terkait dalam data dari X-ray dan teleskop radio lainnya. Dengan harapan, menjadikannya sebagai referensi untuk menemukan beberapa peristiwa lain yang terlihat memiliki kesamaan karakteristik terkait dengan FRB, tetapi selama ini belum ada hasil yang memuaskan.