Jakarta, Gatra.com - Nama Torkis Parlaungan Siregar mungkin asing di telinga kita. Namun jangan salah, ia merupakan salah satu dari 40 nama peserta seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Capim KPK). Bahkan dirinya mampu mengalahkan beberapa nama beken seperti petahana Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan dan Sahlisospol Irjen Pol Ike Edwin.
Pria asal Sumatera Utara yang berdomisili di Jawa Barat ini memiliki latar belakang profesi sebagai advokat publik dan aktivis jalanan. Ia mengaku sudah cukup lama menjadi aktivis dengan menyuarakan persoalan antikorupsi dan membela kepentingan publik.
Torkis paling mencolok di antara para peserta seleksi capim KPK. Pasalnya, ia selalu konsisten menggunakan pakaian adat Jawa Barat yakni baju "Kampret" atau "Salontren". Menurutnya, simbol pakaian yang ia kenakan ini mencerminkan semangat korupsi. Selain itu, ia juga mengaku sering menggunakan pakaian adat dalam melakukan unjuk rasa.
"Nah pakaian ini simbol-simbol budaya. Ini memberikan makna kalau kita maknai ada nilai nilai kearifan lokal di sana, misalnya silih asuh, silih asah, silih asih. Itu kan relevan dengan strategi pemberantasan korupsi pada sektor pencegahan," jelas Torkis di Lemhannas, Jakarta Pusat, Kamis (8/8).
Ia menyampaikan, simbol baju dan pin kujang, senjata khas Jawa Barat yang dipakainya juga menjadi pengingat. Untuk membenrantas korupsi, perlu ditekankan pada sektor pencegahannya. Menurutnya, kujang adalah senjata untuk melawan kezoliman.
"Maka memberantas korupsi haruslah menitikberatkan pada strategi pencegahan. [Ini sebagai] bentuk pencegahan, itu yang lewat strategi budaya dan pendidikan. Makanya secara tidak langsung, saya menyosialisasikan simbol ini di manapun saya beraktivitas," lanjut Torkis.
Ketika ditanya seputar keberuntungan dari pakaian yang ia kenakan, ia mengelak hal tersebut. Torkis mengatakan, keberuntungan itu berasal dari Tuhan.
"Bukan di bajunya. Sebetulnya keberuntungan itu kan ya mungkin kalau keberuntungan tuh kemurahan dari Tuhan saya. Mungkin orang yang paling tidak punya kekuasaan di sini. Yang lain kan bintang atau mantan bintang, mereka S3, Doktor atau mantan jabatan tinggi. Saya enggak punya jabatan ataupun gelar Doktor," pungkasnya.