Ankara, Gatra.com - Turki dan Amerika Serikat sepakat mendirikan pusat operasi bersama untuk mengoordinasikan dan mengelola pengaturan zona aman di Suriah Utara.
Kesepakatan yang terjadi pada Rabu (7/8), setelah tiga hari negosiasi dengan pejabat dari dua sekutu NATO di Ibu Kota Turki, Ankara.
Pernyataan Kementerian Pertahanan Turki dan Kedutaan Besar AS di Ankara, kedua pihak sepakat mendirikan pusat operasi yang berbasis di Turki. Dilakukan sesegera mungkin dan zona aman akan menjadi koridor perdamaian.
Selain itu, para delegasi menyetujui implementasi langkah awal untuk mengatasi masalah keamanan Turki dan upaya agar Warga Suriah yang terlantar dapat kembali ke negara mereka.
Dilansir dari Aljazeera, pernyataan itu tidak menyebutkan secara spesifik bagaimana dan kapan zona itu akan dibuat. Tampaknya untuk sementara waktu, mencegah operasi Turki yang mengancam ke wilayah timur Sungai Eufrat di Suriah.
Seperti diketahui, Suriah di bagian Timur Laut saat ini berada di bawah kendali Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi dan didukung AS. Sebagian besar terdiri dari Unit Perlindungan Rakyat (YPG).
Turki menganggap YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang, yang meluncurkan kampanye bersenjata melawan negara pada 35 tahun lalu.
Sejauh ini, selama seminggu, Turki mendesak untuk membangun zona dalam 30-40km di dalam Wilayah Suriah. Ini mengusahakan pemindahan YPG dari daerah itu dan menghancurkan pertahanan mereka.
Di sisi lain, Amerika Serikat telah mencoba membatasi zona aman hingga 10 km. Sebelum berakhirnya perundingan, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar menegaskan kembali tuntutan tersebut dan mengatakan Turki siap untuk melancarkan operasi ke Suriah utara.
"Rencana kami, persiapan, penyebaran unit kami di lapangan semuanya lengkap. Tapi kami mengatakan kami ingin bertindak bersama dengan teman dan sekutu kami, Amerika Serikat," katanya.
Sebenarnya, Turki berharap AS mengakhiri dukungannya terhadap YPG, yang telah menjadi sekutu utama Washington dalam perang melawan ISIS dan kelompok bersenjata lain.
"Kami mengharapkan teman-teman AS kami untuk berperilaku dalam semangat aliansi dan semangat kemitraan strategis," kata Akar.
Pada penutupan perundingan, pemerintah yang dipimpin Kelompok Kurdi di timur laut Suriah mengatakan kepada Al Jazeera, mereka belum membicarakan hasil perundingan di Ankara, sehingga belum dapat berkomentar.
Sementara Juru bicara Administrasi Sipil Kobane, Shahin Najib Al Ali mengatakan kepada Al Jazeera pada Rabu (7/8), pembicaraan di Ankara tidak akan menjadi yang terakhir antara AS dan Turki.
"Mereka mengatakan pertemuan itu telah berakhir dan mereka membuat kesepakatan tentang bentuk zona aman, tetapi bagaimana zona ini nantinya, pasukan apa yang akan berpartisipasi didalamnya, sampai sekarang ini tidak jelas," kata Al Ali.
Dia juga menekankan, wilayah yang dikendalikan oleh pemerintah yang dipimpin oleh Kelompok Kurdi sudah aman tanpa ada pasukan Turki di sana.
"[Sudah] aman, untuk semua orang, mulai 2013 ketika kita memindahkan pasukan rezim dari kawasan. Ini menjadi tempat damai bagi ribuan orang yang melarikan diri dari perang, rezim, dan kelompok militer lainnya," kata Al Ali.
Dalam beberapa minggu terakhir, media Turki melaporkan peningkatan jumlah pasukan Turki di sepanjang perbatasan, serta penghapusan blok beton di kota perbatasan Akcakale, di seberang Tal Abyad di Suriah. Ini sebagai bagian dari persiapan untuk kemungkinan penyeberangan militer.