Pekanbaru, Gatra.com - Ratusan Warga Negara Asing (WNA) asal timur tengah berunjuk rasa ke kantor Organisasi Internasional untuk Migrasi atau International Organizations for Migration (IOM) di Gedung Graha Pena, Pekanbaru, Riau, Kamis (8/8). Mereka berasal dari negara Afghanistan, Somalia, Sudan, Iraq, Iran, Palestina.
Para imigran ini mengaku sudah sejak 7 tahun lalu mengungsi ke Indonesia. Makanya mereka ingin mendapat kepastian kapan mereka dibawa ke negara tujuan, negara ketiga yang ditunjuk United Nations atau Perserikatan Bangsa Bangsa seperti Kanada, dan Australia.
Saat berunjuk rasa, mereka membawa anak-anak yang masih balita. Lalu sejumlah karton bertuliskan keluhan dan tuntutan mereka dalam bahasa Inggris. Mereka menduduki halaman luar kantor Graha Pena di Panam Pekanbaru, yang dijadikan kantor IOM itu.
"Kami sudah terlalu lama di sini. Kami seolah tidak memiliki masa depan. Kami punya keluarga dan anak-anak. Tapi mereka tidak peduli dengan kami," kata seorang pengungsi asal Afghanistan, Azzad saat ditemui di lokasi aksi.
Azzad cerita, dia dan para imigran lainnya datang ke Indonesia justru di bawah perlindungan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Namun selama di Indonesia mereka mengaku kurang diperhatikan.
Kepastian dari UNHCR tidak ada, termasuk tujuan negara ketiga. "Ada sekitar seribu orang kami di Pekanbaru, hidup dalam ketidakpastian," katanya.
"Don’t forget us, (jangan lupakan kami)," lirih suara Azzad.
Azzad menyebut, anak-anak mereka tidak mendapat akses pendidikan, begitu juga dengan para pengungsi dewasa, tak ada pekerjaan. "Kami sangat dilupakan," katanya.
Azzad dan imigran lainnya menyadari kebijakan negara ketiga seperti Australia dan Amerika sudah yang tidak lagi menerima pengungsi seperti mereka. Lantaran itulah mereka butuh kepastian. Ditempatkan di negara manapun enggak jadi soal, asal mendapat kebebasan.
"Kami ingin diperlakukan sebagai manusia," Azzad berharap.
Beberapa spanduk yang dibawa para pencari suaka asal Afganistan, Sudan, Iran, Iraq dan Palestina itu bertuliskan "Please pay attention to the forgotten refugees in Indonesia", "Please hear our poor voice", "We ask for justice and equity". ‘6 Years we are refugees’. ‘We ask for justice and equity’. Juga ada tulisan, ‘Stress, humilation, uncertainty, anxiety kill us gradually’.
Azzad dan teman-teman seperjuangannya tidak berarti menentang pemerintah atau masyarakat Indonesia. Dia mengaku selama ini telah diperlakukan dengan baik oleh masyarakat Pekanbaru.
Mereka berunjuk rasa hanya bertujuan untuk menunjukkan kepada UNHCR dan dunia bahwa ada 14.000 pencari suaka se Indonesia dan 1.000 di antaranya yang terlupakan di Pekanbaru.
"Tolong dengarkan suara kami. Lihatlah wajah-wajah kami. Ada begitu banyak pengungsi di sini," keluhnya.
Aksi damai yang digelar para pencari suaka itu mendapat pengawalan puluhan personel polisi. Hingga berita ini diturunkan, belum ada perwakilan IOM maupun UNHCR yang menemui mereka.
Sebelumnya, aksi serupa juga digelar para pencari suaka di sejumlah wilayah di Indonesia seperti Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Batam serta di Jakarta.
Kapolsek Bukit Raya Kompol Bainar yang ikut mengawal aksi itu menyebutkan, pihaknya hanya sebagai pengamanan dalam aksi unjuk rasa tersebut. “Mereka minta bertemu dengan pihak IOM, dan kita minta perwakilan mereka untuk bertemu dan menyampaikan aspirasi saudara-saudara kita ini kepada IOM,” kata Bainar kepada Gatra.com, di lokasi.