Tanah Laut, Gatra.com – Lelaki 54 tahun ini sumringah menengok apa yang terjadi di Desa Tanjau Mulya Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Senin (5/8) lalu. Sebab hari itu, petani sedang membikin sejarah baru; punya Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sendiri.
"Apa yang dilakukan oleh dua mitra ini ---- Koperasi Sawit Makmur-PT Batu Gunung Mulia Putra Agro (BGMPA) --- adalah sejarah baru dalam industri kelapa sawit di Indonesia. Sebab yang selama ini terjadi di tengah perkebunan kelapa sawit rakyat adalah PKS yang ada, punya inti dan plasma. Ini akan menjadi contoh bagi 22 propinsi DPW Apkasindo di seluruh Indonesia supaya bisa melayani anggotanya melalui PKS petani swadaya,” kata Bayu Krisnamurthi, bekas Wakil Menteri Perdagangan era Presiden SBY yang juga Dewan Pembina DPP Apkasindo saat peletakan batu pertama itu.
Lantas, tahun 2025 Kalimantan kata Bayu akan menjadi penghasil Tandan Buah Segar (TBS) terbesar di Indonesia dan Kalimantan Selatan akan menjadi provinsi paling strategis dalam industri kelapa sawit.
Baca juga: Menembus Batas Kemustahilan
“Saya katakan Kalimantan karena tanaman kelapa sawit muda yang sudah ditanaman saat ini adalah bibit-bibit hybrid yang produksinya akan sangat tinggi. Dan tahun 2025-2045 adalah masa produktivitas tertinggi sawit Kalimantan. Peluang ini harus diraih oleh petani Kalimantan Selatan melalui PKS swadayanya,” tambah Bayu.
Pelabuhan yang hanya sekitar 20 kilometer dari PKS kata Bayu harus ada jalur khusus untuk transportasi truk CPO, lantaran transportasi menuju pelabuhan sangat memegang peranan penting.
“Saya punya harapan tersendiri bahwa ke depan PKS swadaya itu juga bakal mengolah CPO menjadi produk hilir, supaya pendapatan Koperasi Sawit Makmur semakin meningkat dan tidak tergantung ke pasar CPO,” kata Bayu.
Koperasi Sawit Makmur harus berpikir jauh ke depan lantaran sawit adalah industri strategis dan menjadi tumpuan ekonomi banyak keluarga. Sawit Indonesia saat ini kata Bayu banyak mendapat kritikan dari Eropa dan negara penghasil tanaman kedelai dan rapeseed lainnya.
Untuk itu petani sawit harus ikut mengkampanyekan sawit melalui pendidikan dini kepada semua lapisan masyarakat bahwa sawit adalah produk andalan Indoensia yang perlu dijaga bersama melalui konsep sustainable.
“Kita jangan kaku melihat konsep sustainable tadi, sebagai ilustrasi bahwa masyarakat harus makan dan sejahtera melalui usaha-usaha. Salah satunya adalah lewat perkebunan kelapa sawit. Hutan tidak dapat mensejahterakan rakyat, hutan perlu dijaga kelestariannya namun masyarakat juga harus disustanibilitykan melalui sawit untuk mensejahterakan rakyatnya,” kata Bayu.
Tidak mudah sebenarnya bagi Koperasi Sawit Makmur untuk bisa sampai ke posisi punya Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sendiri. Bermula dari 19 tahun silam, saat Pabrik Gula PTPN 24 dan PTPN 25 diliquidasi oleh pemerintah.
Otomatis 5000 hektar lahan inti perusahaan menjadi terpisah dari 7000 hektar lahan plasma petani tebu. Tebu tak jadi lagi, lahan pun berubah menjadi lahan tidur. Oleh Samsul Bahri dan kawan-kawan, lahan tadi musti tetap berguna bagi petani. Mereka mulai menyodorkan konsep lahan sawit kepada pemerintah.
Lewat Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), petani kemudian mendapat gelontoran duit Rp6 miliar pertahun untuk membangun kebun kelapa sawit. “Saban tahun ada 1.500 hektar kebun yang dibangun. Kami bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Singkat cerita, terbangunlah kebun seluas 4.700 hektar,” cerita Samsul.
Baca juga: Cikal Petani Moncer Dari Tanah Laut
Sisanya sekitar 2.230 hektar kemudian masuk ke PTPN 13 menjadi plasma. “Waktu itu sudah ada juga yang membikin kebun karet. Nah, yang 4.700 hektar tadi, bergabunglah dengan Koperasi Sawit Makmur bersama 12 ribu hektar kebun swadaya yang sudah ada. Dengan adanya PKS ini, anggota akan terus berkembang,” kata Samsul.
Kini, Samsul sudah bisa menarik napas lega. Yang perlu dia pikirkan lagi sekarang adalah gimana caranya supaya CPO yang dihasilkan oleh PKS petani, bisa mendapat harga moncer dan tidak diganggu oleh orang-orang yang tak senang dengan apa yang sudah dilakukan oleh petani.
“Bukan enggak banyak yang tak suka dengan apa yang sudah kami lakukan. Tapi itulah tantangan kami sebagai petani. Dengan kekompakan dan kesadaran bersama, kami yakin semua rintangan akan bisa kami lewati. Seperti PKS ini, sesuatu yang mustahil bagi banyak orang, tapi kemudian, kami toh bisa membukti bahwa petani sawit, bisa sejajar dengan pengusaha yang sudah ada,” katanya.
Abdul Aziz