Jakarta, Gatra.com - Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mengurangi dampak (mitigasi) kemarau untuk mengejar target produksi pangan 2019 di Jawa Barat (Jabar) dan Banen.
Terkait mitigasi dan pencapaian target produksi tersebut, Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, dalam keterangan tertulis, Kamis (8/8), menyampaikan, pihaknya menggelar rapat koordinasi (rakor) bersama penanggung jawab Program Upaya Khusus (Upsus) kabupaten di Jawa Barat dan Banten, Selasa kemarin.
Rakor tersebut dihadiri Aster Kasdam III Kodam Siliwangi, Kolonel Arh G.T.H. Hasto Respatyo; Kepala Badan Karantina, Ali Jamil; Kepala BPSDM Pertanian, Prof. Dedi Nursyamsi; Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jabar, Hendi Jatnika; Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Dandim se-Jawa Barat, dan kepala dinas pertanian kabupaten atau kota.
Suwandi mengapresiasi surplus luas tanam padi bulan Oktober-Juli 2018/2019 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian, ia meminta kepala dinas dan pihak terkait agar dapat menghitung produksi tahun 2019 mengingat sisa waktu hanya dua bulan lagi.
Baca juga: Lima Langkah Kementan Amankan Produksi Pangan Saat Kemarau
"Bulan Agustus dan September ini kita harus pacu luas tambah tanamnya agar bisa dihitung panen di bulan November dan Desember tahun ini," ujarnya.
Suwandi optimistis luas tambah tanam dapat ditingkatkan. Sebab, saat ini sudah ada 8 kabupaten di Pantura yang sedang percepatan tanam padi gogo seluas 56 ribu hektare. Sedangkan untuk di luar 8 kabupaten tersebut agar mencari lahan yang tanahnya sudah macak-macak dan bisa ditanami pada bulan Agustus dan September.
"Ini tantangan kita bersama bagaimana kita ubah kebiasaan mereka di MT III lahan dibiarkan kosong menjadi dimanfaatkan untuk tanam padi gogo," katanya.
Suwandi menambahkan, luas tambah tanam juga dapat ditingkatkan juga dengan memanfaatkan potensi galengan. Yakni dimanfaatkan dengan menanam kedelai di pematang, sehingga swasembada kedelai pun bisa tercapai.
"Kita harus berkomitmen bersama untuk swasembada kedelai. Tahun ini ada program Ditjen Tanaman Pangan untuk kedelai seluas 1 juta hektare. Mari kita optimalkan setidaknya tingkatkan produktivitas sesuai riset Litbang sampai mencapai 3,5 ton per hektare," ujarnya.
Bahkan, lanjut Suwandi, di Bantul bisa mencapai 5,4 ton per hektare dengan varietas Anjasmoro. "Tugas kita nantinya merumuskan tata niaga hilirisasi kedelai yang menguntungkan bagi petani," katanya.
Oleh karena itu, Suwandi meminta bagi kabupaten yang target tanamnya masih minus agar dicek kembali updating pendataannya. Penanggung jawab Upsus agar aktif mencari sumber masalahnya.
"Terakhir, ambil langkah solusi untuk menutup kekurangan target dengan tanam padi gogo bulan Agustus, September ini," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jabar, Hendi Jatnika, menegaskan, meskipun saat ini musim kemarau ternyata secara kumulatif tidak memengaruhi produksi padi di Jabar. Terbukti luas tanam padi Oktober-Juli 2018/2019 mencapai 1,89 juta hektare (ha) naik sekitar 32.000 ha dibandingkan Oktober-Juli 2017/2018.
Bukan hanya di Jabar, luas tanam padi ?di Banten pada Oktober-Juli 2018/2019 seluas 415.878 ha, atau naik sekitar 1.687 ha dibandingkan Oktober-Juli 2017/2018 sebesar 417.535 ha.
"Upaya penambahan luas tanam terus didorong terutama di lahan yang masih ada sumber airnya," kata Hendi.
Ia optimistis percepatan luas tambah tanam guna memenuhi target produksi 2019 dapat dicapai. Pasalnya, Kementan telah menurunkan tim Program Upsus di 8 kabupaten wilayah Pantura yakni Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta, Indramayu, Cirebon, Kuningan, dan Majalengka.
Baca juga: Saatnya Lahan Rawa Lebak untuk Produksi Pangan
"Wilayah Jawa Barat masih banyak areal panennya. Bahkan periode Agustus ini panen akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Jadi mudah-mudahan kemarau ini tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi," ucapnya.
"Prioritasnya, kami akan mempertahankan standing crop yang saat ini ada sekitar 450 ribu ha. Pompanisasi juga kami genjot agar mampu meningkatkan kapasitas pengairan," ungkap Hendi.
Di tempat yang sama, perwakilan dari Perum Jasa Tirta II, Antonius Aris, menegaskan, pihaknya siap membantu sesuai hasil koordinasi bersama.
"Hanya saja perlu kita review kembali penggunaan dan pembagian air jangan berlebih dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di setiap wilayahnya," kata Antonius.