Jakarta, Gatra.com - Pemerintah Tiongkok menghapus kuota impor minyak kelapa sawit (CPO), biji rapa (rapeseed), dan kedelai. Hal ini dilakukan setelah para pengusahanya menghentikan pembelian produk pertanian Amerika Serikat akibat pengenaan USD 300 miliar bea masuk tambahan bagi produk Tiongkok.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Perekonomian, Musdhalifah Machmud berpendapat bahwa penghapusan kuota itu merupakan peluang bagi Indonesia untuk menggenjot ekspor minyak kelapa sawit.
"Kita kalau bisa dorong supaya mereka lebih banyak konsumsi produk-produk dari CPO, kita kan kerja sama dengan Tiongkok sedang bagus," ungkapnya ketika ditemui di Hotel Akmani, Rabu (7/8).
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaa Kelapa Sawit, Kanya Lakhsmi Sidarta mengungkapkan ekspor minyak kalapa sawit akan baik apabila harganya ekonomis.
"Sekecil apapun peluang harus dicari. Antar negara pasti butuh deh. Ada hal-hal yang saling terkait entah budaya atau apa," jelasnya. Baik Musdhalifah maupun Kanya mengaku bahwa pihaknya masih mengkalkulasi potensi kenaikan ekspor akibat kebijakan Tiongkok tersebut.