Banda Aceh, Gatra.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen Doni Monardo mengungkapkan, kelestarian alam akan berimbas positif bagi kelestarian ekologis.
"Masyarakat diimbau untuk bersama menjaga kelestarian alam, salah satunya adalah dengan berhenti melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar,” kata Letjen Doni Monardo pada Rapat Koordinasi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, di Banda Aceh, Rabu (7/8).
Menurut dia, membuka lahan dengan cara membakar sangat merusak lingkungan dan keseimbangan ekologis. “Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak lagi melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar,” jelasnya.
“Ingat, jika kita membakar lahan, maka ekositem yang ada di dalamnya juga akan musnah, hal ini tentu sangat mengganggu keseimbangan ekologis,” ujar Doni.
Dikatakannya, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada 2015 mencapai 2,6 juta hektar, yang mengakibatkan kerugian sebesar Rp221 triliun. Dengan langkah-langkah preventif, pemerintah akhirnya mampu menekan angka karhutla pada 2016, 2017 dan 2018.
Tak hanya faktor kemarau, kasus karhutla pada 2015 juga dipengaruhi oleh El Nino. Sedangkan 3 tahun berikutnya kita sedikit terbantu dengan La Nina. Namun pada 2019 ini El Nino relatif panjang. Hal ini akan berpengaruh dengan kemarau yang semakin panjang.
Oleh karena itu, sekali lagi saya ingatkan kepada semua pihak agar menghentikan tradisi membuka lahan dengan cara membakar.
Dalam kesempatan itu, Doni juga mengajak semua elemen masyarakat untuk menanam pohon sebagai kegemaran baru. ”Banyaknya pohon akan memperluas tutupan lahan, sehingga berimbas pada menurunnya temperatur bumi,” papar dia.
Selain itu, tambah dia, banyaknya pohon akan memunculkan daerah tangkapan air yang akan turut meminimalisir banjir.
Doni juga mengajak masyarakat untuk mulai gemar menanam tanaman bernilai ekonomi. Di lahan gambut dapat ditanami beberapa komoditas seperti bawang, nenas, cabai, lidah buaya pinang, kopi liberica.
"Ada satu daerah yang dapat dijadikan sebagai contoh. Desa Sungai Tohor Tebing Tinggi Timur Kabupaten Meranti Provinsi Riau. Dahulu, desa ini merupakan daerah pengekspor asap. Kini, Desa itu menjadi daerah pengekspor sagu. “Kabupaten ini membuktikan bahwa perubahan dapat dicapai dengan komitmen, dukungan dan kesungguhan semua pihak,” terang Doni.