Jakarta, Gatra.com - Tim Teknis pengusutan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan sudah mulai bekerja sejak 1 Agustus 2019 lalu. Tim bentukan Polri itu diketuai oleh Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Pol Nico Afinta di bawah penanggung jawab Kabareskrim Polri, Komjen Pol Idham Azis.
Pada Selasa (6/8), Tim Teknis mengadakan rapat perdana setelah hampir sepekan berjalan. Dalam pertemuan itu, tim lagi-lagi membahas eksplorasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) saat Penyidik Antirasuah itu diserang, 11 April 2017 lalu.
"Kemarin mengikuti rapat Tim Teknis yang dikepalai oleh Kabareskrim. Kita sudah mulai mengikuti rapat-rapat, karena sudah mulai bekerja awal Agustus. Sudah juga mengeksplorasi kembali Tempat Kejadian Perkara (TKP). Karena TKP itu adalah hal yang paling penting, berkali-kali harus dieksplorasi," kata Juru Bicara Tim Teknis, Irjen Pol Muhammad Iqbal di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (7/8).
Selain mengeksplorasi TKP, tim juga mendalami CCTV. Meski sebelumnya pemeriksaan CCTV belum menunjukkan hasil yang signifikan karena gambar kurang jelas, Iqbal optimis timnya tetap bisa mendapatkan hasil baru. Sebab tim ini didukung dengan peralatan canggih dari Pusat Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Pusinafis).
"Dari CCTV kita petakan, sketsa wajah yang pernah dieksplor ke masyarakat akan kembali dicocokkan, analisa dengan Dukcapil (Kemendagri) dengan orang-orang yang identik atau mendekati (terduga pelaku)," papar Kadiv Humas Polri itu.
Iqbal menjelaskan, kerja sama dengan Direktorat Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri itu untuk mencocokkan sketsa wajah dengan data kependudukan. Menurutnya, pelaku penyerangan bisa saja dari luar Jakarta.
Adapun fokus Tim Teknis bertumpu pada tiga hal, yakni TKP, CCTV dan sketsa wajah terduga pelaku. Bahkan, Iqbal mengaku pihaknya bisa kembali meminta bantuan dari Kepolisian Australia dan Amerika untuk mendapatkan tiga hal tersebut.
Kendati sudah berjalan, penyidikan ini sempat 'mangkrak' selama dua tahun empat bulan. Hingga saat ini, belum ditemukan pelaku penyerangan, terlebih aktor intelektualnya. Namun, Iqbal masih optimis kasus itu terungkap. Apalagi, Presiden Joko Widodo sebelumnya sudah memberi ultimatum untuk diselesaikan selama tiga bulan.
"Kalau kerja enggak boleh pesimis. Harus berhasil, coba lagi, [pasang] strategi lagi. Kita optimis [kasus ini] akan terungkap," harapnya.