Jakarta, Gatra.com - Menyikapi hasil Ijtimak Ulama IV yang menolak pemerintahan terpilih, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshidiqie mengatakan tindakan tersebut sebagai bentuk kemarahan yang terlalu berlebihan dan dipelihara.
"Seharusnya sabar saja, orang marah dan kecewa ada di mana saja, tidak usah diambil hati apalagi dijadikan rujukan untuk bersikap sesuatu," ucap Jimly saat dihubungi Gatra.com, Rabu (7/8) pagi.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut berpandangan bahwa memang pilpres secara hukum sudah selesai, tetapi residu atau sisa gejolak sosial politiknya masih perlu di antisipasi, meskipun secara bertahap akhirnya akan selesai juga secara alamiah.
Baca juga: Ijtimak Ulama IV Putuskan Tidak Akui Pemerintahan Terpilih
Jimly sempat menyebutkan para pihak yang masih merasa marah dengan hasil pilpres untuk mendinginkan diri dengan segera, contohnya dengan berwudu.
"Orang memang mudah marah. Cukup ambil wudu supaya dingin dengan sendirinya," katanya.
Baca juga: Ijtimak Ulama Tolak Pemerintahan Baru, Ade: Harus Taat Hukum
Jimly mengimbau bahwa kalau para pihak yang terlibat dalam Ijtima Ulama tersebut terus berkumpul dan bergerak untuk memelihara kebencian dan permusuhan, mereka telah terkena larangan bekerjasama dalam dosa dan permusuhan, bukan kerjasama dalam kebajikan dan taqwa.
Baca juga: Tanggapi Hasil Ijtimak IV, Gerindra: Kami Bersama Ulama
"Padahal sesungguhnya negara ini tidak dalam keadaan perang," sindir Jimly.
Sebelumnya Ijtimak Ulama IV yang digelar di Hotel Lor In, Sentul, Bogor Senin (5/8) telah memutuskan menolak pemerintahan terpilih sebab menurut pembahasan dalam ijtimak tersebut, Jokowi-Ma'ruf Amin terpilih berdasarkan kecurangan yang terstruktur, sistematis, masif dan brutal.
"Dengan ini Ijtimak Ulama dan Tokoh ke IV memutuskan, menolak kekuasaan yang berdiri (di) atas dasar kecurangan dan kezaliman, serta mengambil jarak dengan kekuasaan tersebut," ujar Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, Yusuf Martak saat membacakan keputusan ijtimak.