Padang, Gatra.com - PT Kereta Api Indonesia (KAI) akan mengaktifkan kembali jalur kereta api yang sudah lama mati suri sejak 1983. Reaktivitas itu dilakukan mulai dari Stasiun Pulau Air (Pulo Aie), Padang menuju Stasiun Simpang Haru guna menunjang transportasi dan pariwisata di wilayah tersebut.
"Aktivitas pembersihan rel dari Stasiun Pulau Air hingga Stasiun Simpang Haru sepanjang 2,7 kilometer itu sudah dimulai sejak pertengahan tahun ini dan ditargetkan sudah beroperasi pada 2020," ujar Kepala Balai Perkeretaapian Wilayah Sumbar Suranto di Padang, Selasa (6/8).
Ia menjelaskan bahwa pekerjaan reaktivitas jalur kereta api Pulau Air - Simpang Haru itu akan dilakukan dalam beberapa tahapan. Pertama, PT KAI akan melakukan reaktivasi jalur (track) dan peningkatan kapasitas dari R33 menjadi R54 kemudian dilanjutkan dengan pengerjaan Stasiun Pulau Air dan beberapa jembatan.
"Masyarakat yang naik kereta dari stasiun Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bisa ke Pulau Air untuk menikmati Sungai Batang Harau. Pengunjung yang ingin ke Mentawai juga lebih dekat, karena keberadaannya dekat dengan pelabuhan Muaro," katanya.
Pengaktifan kembali jalur kereta api Pulau Air ini sedikitnya akan membongkar rumah sebanyak 238 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di sepanjang jalur KA Simpang Haru – Pulau Aia. Namun sebanyak 151 bangunan berkontrak dengan PT KAI dan 87 bangunan tanpa kontrak.
Menurutnya penggunaan lahan di sepanjang rel kereta itu berstatus sewa dengan PT KAI. Sedangkan sewa lahan tersebut telah diputuskan sejak 1 Januari 2019. Beberapa bangunan sudah ada yang mulai dibongkar, namun ada juga beberapa yang meminta tenggang waktu hingga Lebaran Idul Adha dan 18 Agustus 2019.
"Bagi rumah yang tidak berkontrak dengan KAI akan tetap dibongkar namun akan diberikan kompensasi atau biaya bongkar," katanya.
Menurut sejarahnya, stasiun kereta api nonaktif kelas I yang terletak di Pasa Gadang, Padang Selatan, Padang itu merupakan stasiun pertama yang dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda di Kota Padang, Sumbar. Stasiun tersebut merupakan stasiun akhir menuju pelabuhan Muaro yang percabangannya dari Stasiun Padang.
Pembangunan jalan kereta api dari Pulo Aie ke Padang mencapai Bukittinggi dengan panjang 90 km diselesaikan pada 1891. Jalur kereta api tersebut diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1892 di Kota Padang bersamaan dengan pembukaan Pelabuhan Teluk Bayur (Emmaheaven) dan pembukaan hubungan kereta api dari Padang hingga Muaro Kalaban.
Stasiun Pulau Air merupakan stasiun transit atau pemberhentian sebelum menuju Muaro Padang, karena Stasiun Pulau Air berada di jalur Simpang Haru menuju Muaro Padang. Rel kereta api masih bisa dilihat di kawasan kota Padang, namun sudah banyak yang berada di teras rumah. Sejak tidak beroperasi, kawasan itu kemudian berubah menjadi permukiman warga.