Medan,Gatra.com - Sineas Garin Nugroho menilai Kota Medan menjadi salah satu kota yang minus ruang seni. Harusnya, Medan bisa menjadi pusat seni di Indonesia. Apalagi sebagai kota terbesar ketiga.
Sejak awal Kota Medan dibangun dengan sentuhan-sentuhan seni. Salah satunya dapat dilihat dari bangunan-bangunan yang ada di titik nol Kota Medan yang kaya akan arsitektural.
Baca Juga: Seniman Lakon Targetkan Sumut jadi Baromater Teater 2023
"Namun yang terjadi, geliat seni di kota ini lama tertidur. Padahal ukuran kemajuan sebuah bangsa dapat dilihat dari denyut seninya," kata Garin dalam acara Ruang Kreatif Seni Pertunjukan Indonesia 2019 yang digelar di Universitas HKBP Nommensen Medan, Jalan Sutomo Medan, Selasa (6/8).
Dikatakan Garin, dalam sejarahnya, Medan dikenal banyak memproduksi seniman, khususnya seni tarik suara. Sutradara film "Daun di Atas Bantal" ini menjelaskan, potensi seni tarik suara di Kota Medan juga didukung dengan tradisi bernyanyi masyarakatnya, terutama dari lingkungan gereja.
Baca Juga: Medan Kota Terjorok, Seniman Pentas Monolog Bersama Tumpukan Sampah
"Harusnya ada sekolah tinggi seni di Kota Medan. Kalau mau lebih khusus, misalnya seni tarik suara yang merupakan andalan dari kota ini selain musik dan tari," jelasnya.
Pembicara lain dalam acara itu adalah Iswadi Pratama, pimpinan Teater Satu Lampung. Ditambahkan Iswadi, sebagai sesama pekerja seni, ia dan Garin datang ke Medan untuk membangunkan sesama seniman dari tidur panjangnya. "Medan adalah gudangnya seniman, termasuk sastra. Kami datang untuk membangunkan saudara kami di sini," akunya.
Baca Juga: Seniman Melayu Langkat Dorong Revitalisasi Seni “Dedeng”
Medan, sambung Iswadi harus menunjukkan kembali kehebatannya dalam memproduksi seniman-seniman yang diakui tangguh dan jenius di Indonesia. "Jangan terlalu lama tidurnya, sekarang waktunya bangun dan berkarya," ajak Iswadi.
Reporter: Jones