Jakarta, Gatra.com - Pemerintah terus berupaya meningkatkan teknologi pengolahan garam dan penambahan luas lahan tambak untuk mencapai target swasembada garam 2021.
"Ya kita coba bertahap, sesuai dengan lahan yang bisa diperoleh salah satu tambahan lahan ada di NTT (Nusa Tenggara Timur)," ujar Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa (6/8).
Kementerian Perindustrian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedangnmengembangkan teknologi geomembran untuk meningkatkan kualitas garam lokal.
Peningkatan kualitas garam lokal ini dimulai dari hulu produksi garam oleh petambak dengan menjaga konsistensi masa produksi agar kandungan NaCl untuk garam konsumsi minimal 94%, dan garam industri 97%.
Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil, Kemeperin, Achmad Sigit Dwiwahjono mendorong industri pengguna garam campuran lokal dengan impor untuk meningkatkan serapan garam lokal.
"Industri pengolahan garam ini kita berikan insentif untuk bisa impor supaya di-mix dengan garam impor untuk kebutuhan indsutri. Di sana dimurnikan, sehingga (memenuhi standar) untuk industri makanan dan minuman," ungkapnya.
Ketua Umum Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI), Tony Tanduk mengaku pesimis Indonesia daoat mencapai swasembada garam pada tahun 2021.
"Tapi kalau bikin lahan garam yg betul butuh 4-5 tahun. Untuk penataan lahan butuh 4-5 tahun, bukan untuk swasembada. Setelah itu baru bisa swasembada," tuturnya.
Tony mengungkapkan paling tidak dibutuhkan 50 ribu hektar garam untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sedangkan ladang garam yang ada hanya 26 ribu hektar.