Jakarta, Gatra.com - Ormas Front Pembela Islam (FPI) telah disusupi bekas anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan menjadi pendukung utama khilafah di Indonesia.
Hal itu dibuktikan dengan kehadiran mantan Juru Bicara HTI, Ismail Yusanto dalam perhelatan Ijtimak Ulama IV yang digagas oleh FPI di Bogor, Senin (5/8) kemarin.
"HTI memang sudah almarhum, tapi Hizbut Tahrir sebagai jaringan internasional tetap ada, dan Ismail Yusanto tokoh penting Hizbut Tahrir. Dengan diundang ke Ijtima' Ulama yang digagas FPI, makin kuat fakta FPI dukung khilafah," tulis politisi PSI, Guntur Romli di akun Twitter @GunRomli, Selasa (6/8).
Baca juga: Ijtimak Ulama IV Putuskan Tidak Akui Pemerintahan Terpilih
Guntur Romli juga menyoroti seruan NKRI Bersyariah berlandaskan Pancasila yang dihasilkan dalam Ijtima Ulama IV. Menurut dia, seruan itu hanya kedok dari HTI mempropagandakan khilafah.
"NKRI Syariah Berlandasakan Pancasila adalah propaganda palsu dan bodoh, tujuan mereka kan tetap tegaknya Khilafah, propaganda palsu ini berasal dari koalisi FPI dan Hizbut Tahrir. Menyebut NKRI dan Pancasila cuma kedok saja," tegas Guntur.
Guntur menilai hakikatnya Syariah berdasar pada Al-Quran, Sunnah, Ijma, Qiyas, bukan Pancasila. Jadi sekali lagi Ia berpendapat bahwa itu hanya kedok HTI semata.
"Jangan campur adukkan NKRI, Pancasila dan Syariah. NKRI itu dasarnya Pancasila, Konstitusinya: UUD '45 bukan Syariah. Sedangkan Syariah itu dasarnya Quran, Sunnah, Ijma', Qiyas bukan Pancasila," jelas Guntur.
Sebagai informasi, Ijtimak Ulama IV yang digelar di Bogor kemarin menghasilkan beberapa poin, di antaranya adalah menolak pemerintahan terpilih Jokowi-Ma'ruf amin. Menurut mereka, ada kecurangan yang terstruktur, sistematis, masif, dan brutal dalam proses pemilihan.