Palembang, Gatra.com - Wacana pemerintah melalui Kemeterian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) guna mengambil rektor dari luar negeri atau disebut dengan istilah impor rektor dinilai belum dibutuhkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia.
Hal ini disampaikan Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Zulkifli Dahlan, Senin (5/8). Menurutnya, wacana mengenai rektor impor belum tepat dilakukan di Indonesia. Tujuan pendidikan nasional bukan hanya sebatas mengejar predikat sebagai kampus ternama di Indonesia, namun lebih kepada pembentukan akhlak mulia dan budi pekerti yang luhur.
"Kalau orang asing (rektor) belum tentu selaras dengan tujuan pendidikan nasional. Impor rektor belum perlu, karena masih banyak sumber daya manusia berkualitas di Indonesia," ungkapnya.
Di sisi lain, Zulkifli menerangkan, kehadiran rektor impor akan berpengaruh pada arah tujuan pendidikan Indonesia. Sebelumnya, ada kampus yang dipimpin oleh rektor asing, namun lambat laun berganti karena sudah tersedia sumber daya manusia yang mampu menggantikan.
“IPB, pada waktu dulu, rektornya asing, lalu diganti karena sumber daya manusiannya sudah ada. Sebenarnya, pemerintah memiliki metode lain dalam peningkatan kemampuan perguruan tinggi, yakni dengan meningkatkan dana riset,” terangnya.
Alokasi dana riset yang masih belum optimal berpengaruh pada hasil temuan (publikasi) riset yang menjadi salah satu point penentuan rangking perguruan tinggi secara global.
"Untuk mendapatkan riset yang bagus perlu biaya yang tinggi. Bila perlu adanya pemberian penghargaan kepada para peneliti sebagai bentuk stimulus agar giat melakukan penelitian," ucap Wakil Rektor Unsri ini.
Belum lagi, sambung dia, mendatangkan rektor asing membutuhkan biaya yang tinggi serta fasilitas yang memadai. Hal itu memungkinkan pembiayaan yang lebih tinggi.
Reporter: Karerek