Moscow, Gatra.com - Presiden Rusia, Vladimir Putin mengancam bahwa pihaknya akan mengembangkan rudal nuklir jika Amerika Serikat (AS) juga mengembangkan jenis rudal terlarang pasca keluar dari Intermediate Nuclear Forces (INF). Atas kekhawatiran tersebut, Rusia akan memonitor setiap pergerakan AS.
"Jika Rusia mendapatkan informasi yang dapat bahwa Amerika Serikat telah selesai mengembangkan dan mulai memproduksi rudal yang dilarang, Rusia tidak akan memiliki pilihan selain untuk terlibat dalam upaya skala penuh untuk mengembangkan rudal yang sama," kata Putin seperti dikutip Reuters, Senin (5/8).
Menurut Putin, Rusia telah menyiapkan gudang persenjataan yang dirancang untuk mengembangkan rudal hipersonik. Langkah tersebut diyakini dapat mengimbangi ancaman yang berasal dari AS untuk saat ini.
Putin mengatakan bahwa ia telah memerintahkan Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri serta Intelijen Rusia untuk memonitor secara cermat setiap langkah yang diambil AS. Rusia akan mengamati pergerakan AS dalam mengembangkan, memproduksi atau menyebarkan rudal yang dilarang berdasarkan perjanjian INF.
Sementara itu, AS telah secara resmi keluar dari perjanjian itu pada Jumat, 2 Agustus lalu. Sebelum meninggalkan INF, pemerintahan yang dipimpin Donald Trump menyatakan Rusia telah melanggar pakta.
Pakta tersebut melarang rudal darat dengan jangkauan antara 310 dan 3.400 mil (500-5.500 km). Ketentuan ini awalnya membatasi kemampuan kedua negara untuk mengembangkan senjata nuklir dalam waktu singkat.
Meskipun demikian, Putin mengaku bahwa Rusia dan AS yang merupakan dua negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia penting untuk terlibat dalam perjanjian INF. Dengan begitu, kedua negara tak saling berlomba dalam mengembangkan senjata tanpa adanya aturan yang mengekang.
"Untuk menghindari kekacauan tanpa aturan, batasan atau undang-undang, kita perlu sekali lagi mempertimbangkan semua konsekuensi berbahaya dan dialog serius," ucap Putin.