Jakarta, Gatra.com - Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi, mengatakan, Indonesia bukan hanya mengekspor jagung pipil, tapi juga serbuk tongkol jangung (corn cobs meal) yang bernilai jual tinggi.
"Ekspor serbuk tongkol jagung ini dilakukan Koperasi Dinamika Agribisnis di Kecamatan Priggabaya, Kabupaten Lombok Timur, NTB," kata Swandi dalam keterangan tertulis, Senin (5/8).
Menurutnya, ekspor jagung dan serbuk tongkolnya merupakan keberhasilan di era pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Adapun Koperasi Dinamika mengekspor serbuk tonggkol jagung bermitra dengan perusahaan penanganan pascapanen jagung, PT Dhanya Perbawa Pradhikasa.
Baca juga: Indonesia Siap Ekspor Jagung Ke Negara Asean
"Pengiriman perdana serbuk tongkol jagung yang dipadatkan ke Korea Selatan pada Bulan Maret 2019 sebanyak 300 ton atau 75% dari total permintaan Korea sebesar 400 ton. Harga jual ekspornya sekitar Rp1,9 juta per ton atau total setara Rp570 juta," katanya.
Suwandi menjelaskan, tongkol jagung yang merupakan sumber serbuk tongkol jagung adalah produk sampingan dari pemipilan jagung tersentralisasi pada produksi jagung rendah aflatoksin untuk kebutuhan khusus industri sapi pera.
Namun demikian, lanjut Suwandi, di negara tujuan ekspor, serbuk tongkol jangung digunakan sebagai salah satu bahan untuk media tanam pada budidaya jamur merang dan dapat digunakan juga untuk bahan baku pakan.
"Persyaratan yang diminta negara tujuan ekspor antara lain kadar air maksimal 15% ukuran 1 hingga 8 mm, packing 30 kilogram per bag [tergantung buyer] serta jumbo bag per pallet. Persyaratan lain yang sangat penting adalah serbuk tongkol jagung harus mampu menyerap air dengan baik," ujarnya.
Pengelolaan Serbuk Tongkol Jagung
Suwandi menyebutkan, untuk menghasilkan serbuk tongkol jagung dalam skala ekonomi dengan kualitas ekspor serta kontinuitas produksi, diperlukan penanganan pasca panen jagung yang tersentralisasi dengan pendekatan agroindustri. Petani dilibatkan oleh pelaku usaha penanganan pasca panen jagung rendah aflatoksin skala industri melalui kemitraan seperti dicontohkan oleh Koperasi DNA di Lombok Timur.
Baca juga: Peningkatan Ekspor Pangan Bukti Tepatnya Program Kementan
"Jadi, petani mitra diwajibkan mengikuti prosedur budidaya yang disepakati bersama. Penerapan Prosedur budidaya ini diperlukan untuk menjamin konsistensi mutu JRA dan Concobs Meal. Petani juga diuntungkan, karena selain mendapat kepastian pasar jagung yang dihasilkan juga mendapatkan pendampingan dari industri yang bersangkutan," ungkapnya.
"Jadi saya semakin yakin sebagai negara yang sudah berhasil swasembada jagung, Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi Jagung Rendah Aflatoksin sebagai substitusi impor jagung untuk kebutuhan khusus sekaligus menghasilkan Corncobs Meal yang dapat diekspor," kata Suwandi.