Jakarta, Gatra.com- Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2019 hanya sebesar 5,05%. Angka ini di bawah target perkiraan pemerintah yakni sebesar 5,07%. Oleh karena itu, diperlukan langkah yang tepat untuk mendongrak perekonomian Indonesia.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Pieter Abdullah Redjalam mengatakan, Bank Indonesia (BI) dan pemerintah perlu melanjutkan pelonggaran moneter dan fiskal.
Saat dihubungi oleh Gatra.com, Senin (5/8), ia menjelaskan, dengan kebijakan moneter seperti pelonggaran likuiditas sudah dilakukan. Salah satunya dengan menurunan Giro Wajib Minimum (GWM) dan suku bunga acuan. Hal ini dapat mendorong momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selain itu, di sisi fiskal, kata Pieter, diperlukan adanya pengimbangan terhadap kebijakan moneter. “Saya kira pemerintah harus mengimbangi dengan pelonggaran pajak khususnya yang bisa mendorong komsumsi RT (rumah tangga),” jelasnya.
Meski begitu, Direktur Riset CORE ini berharap, adanya kelanjutan penurunan suku bunga. “Semampunya BI tapi makin turun, makin baik,” ujanya. Tentunya, kata Pieter, kebijakan penurunan suku bunga harus dipertimbangkan karena bisa berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia.
Sebagai informasi, BI sudah menurunkan GWM sebesar 50 bps pada Juni 2019 dan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 bps, dari 6% menjadi 5,75%.