Solo, Gatra.com – Salah satu satwa penghuni kebun binatang atau bonbin Solo, Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ), tewas. Satwa seekor macan tutul ini ditemukan di hutan Tawangmangu tujuh bulan lalu dan kemudian dikonservasi di TSTJ. Pengelola membantah info di media sosial bahwa macan itu mati karena tak dirawat.
Direktur Utama TSTJ Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso membenarkan kabar meninggalnya macan tutul tersebut. Macan itu mati pada 25 Juli lalu. Namun hingga kini penyebab kematian satwa itu belum diketahui.
”Saat ini masih dalam pemeriksaan. Kami masih menunggu hasil laboratoriumnya,” ucap Bimo, Senin (5/8).
Baca Juga: Kebun Binatang Solo akan Tambah 26 Satwa
Macan tutul itu diperiksa di Balai Besar Veteriner Wates. Hasil pemeriksaan baru keluar setelah satu bulan. Dalam pemeriksaan di laboratorium itu, TSTJ mengirim sampel hati, ginjal, paru, dan feses si macan tutul.
Namun Bimo mengatakan jika kematian macan tutul tersebut bukan karena tidak terawat. Selama satwa itu dititipkan ke TSTJ oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Surakarta, pihaknya melakukan perawatan.
”Di sini selalu ada pemeriksaan berkala dari dokter hewan dan perawatan dari keeper. Kalau ada postingan di sosial media yang menyatakan macan tutulnya enggak dirawat, itu tidak benar,” ujar Bimo.
Baca Juga: Kirab Syawalan di Bonbin Solo, 5.000 Ketupat Jadi Rebutan
Sebab, kata dia, selama ini banyak satwa yang ditangani BKSDA Jawa Tengah dititipkan ke TSTJ. Selain si macan tutul, hewan lain yang dititipkan ke Bonbin Solo dalam waktu berdekatan adalah buaya muara.
Menurut Bimo, saat ini buaya itu hidup dan sehat. ”Semua kelahiran dan kematian itu kami laporkan ke BKSDA Surakarta. Kami ada berita acaranya,” kata Bimo.
Dia mengatakan, kematian satwa merupakan hal wajar. Bimo mengklaim TSTJ berupaya memberikan perawatan satwa sebaik mungkin. ”Kami mengelola titipan negara sebaik dan semampu mungkin,” ucapnya.