Jakarta, Gatra.com - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, hanya enam sektor yang mengalami pertumbuhan negatif dalam perekonomian Indonesia. Hal ini jauh berbeda dengan beberapa sektor yang justru positif pertumbuhannya.
"Ada 6 sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan, tumbuh tapi melambat, yaitu industri, perdagangan, konstruksi, pertambangan, transportasi, akomodasi, dan pengadaan listrik dan gas," jelas Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (5/8).
Salah satu sektor yang mengalami penurunan terbesar adalah pertambangan. "Pertambangan yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 0,71%, padahal triwulan tahun lalu masih tumbuh 2,65%," ujarnya.
Suhariyanto mengatakan, alasan pertambangan tumbuh negatif adalah karena menurunnya volume produksi. Salah satu penurunan terjadi pada produksi pertambangan biji logam yang turun 25,93% dibandingkan triwulan II-2018.
"Kemudian ada penurunan produksi pertambangan minyak gas dan panas bumi yang turun sebesar 4,11% yang menyebabkan pertambangan menjadi satu-satunya sektor yang mengalami kontraksi pada triwulan kedua," tambah dia.
Selain itu, ia mengatakan bahwa sektor industri pada triwulan II-2019 ini tumbuh lebih rendah menjadi 3,54%. Padahal, pada periode yang sama tahun 2018, sektor tersebut tumbuh sebesar 3,88%.
"Tumbuh tapi melambat, kalau dilihat komponennya, untuk industri batu bara dan minyak gas itu mengalami kontraksi 0,25%, untuk industri non migas, industri makanan dan minuman masih tumbuh 7,99%, tapi masih melambat dibandingkan posisi triwulan kedua 2018, industri angkutan mengalami kontraksi 3,73%, yang mengalami kontraksi lagi adalah barang dari karet dan plastik yang mengalami kontraksi sebesar 7,22%,"
Sedangkan, industri yang mengalami pertumbuhan bagus, salah satunya adalah industri tekstil dan pakaian jadi yang tumbuh menjadi 20,71% dibandingkan triwulan II-2018 yang hanya sebesar 6,48%.
"Kemudian industri kertas juga masih tumbuh 12,49%, demikian juga industri kimia, farmasi dan obat-obatan yang masih tumbuh 5,04%, berbalik dibandingkan posisi triwulan kedua 2018," tutup dia.