Home Ekonomi INDEF: Startup Dalam Negeri Didominasi Investor Asing

INDEF: Startup Dalam Negeri Didominasi Investor Asing

Jakarta, Gatra.com - INDEF menilai keberadaan start up di Indonesia lebih banyak menguntungkan asing karena tidak terlepas dari dominasi investor asing.

"Ironisnya, startup lokal yang dibanggakan oleh pemerintah, nyatanya mayoritas sahamnya sudah dimiliki asing," kata peneliti INDEF, Ariyo Dharma Pahla Irhamna dalam Diskusi Online INDEF "Polemik Investasi Asing di Start Up Unicorn", di Jakarta, Minggu (4/8).

Menurutnya, cepat atau lambat startup yang ada akan dikuasai asing. Selain pangsa pasarnya yang besar, juga maraknya investasi asing ke dalam startup Indonesia, karena pembiayaannya yang mayoritas berasal dari venture capital (penyertaan modal).

"Sedangkan venture capital belum berkembang pesat di Indonesia, sehingga banyak startup lokal mendapatkan pembiayaan dari asing," ujarnya.

Ariyo juga mewaspadai aktivitas perusahaam start up dalam mengumpulkan data pribadi masyarakat, mulai dari data kewarganegaraan, data keuangan, hingga data mobilitas sehari-hari.

"Hingga saat ini belum ada respon pemerintah yang efektif dalam mengatur aktivitas startup perusahaan swasta untuk menggunakan data masyarakat yang mereka ambil," keluhnya.

Ariyo menyarankan pemerintah untuk mengembangkan venture capital di Indonesia dan perlu adanya kewajiban laporan kepada pemerintah terkait aktivitas pengumpulan data.

"Pemerintah perlu memberikan insentif kepada startup atau swasta yang melakukan aktivitas pengumpulan data untuk melakukan riset dengan lembaga riset nasional atau perguruan tinggi," terangnya. 
Langkah ini dapat dilakukan dengan menggunakan data lembaga riset terkait sebagaimana yang diterapkan di Inggris.

Ekonom Senior INDEF, Didik Junaidi Rachbini menegaskan pemerintah tidak bisa menjual potensi pasar dalam negeri yang besar, semata-mata demi investasi asing.

"Pemerintah tidak bisa naif menjual murah pasar dalam negeri untuk dieksploitasi tanpa melihat seberapa besar manfaatnya bagi ekonomi dalam negeri," tegasnya.

Didi menambahkan bahwa itu akan membahayakan neraca transaksi berjalan nasional dalam jangka pendek maupun panjang yang berakibat larinya uang ke luar negeri.

"Solusinya adalah mendorong dan memberikan insentif terhadap investasi yang produktif berorientasi keluar, daya saing dan ekspor, sehingga berdampak positif terhadap pemupukan devisa dan memperkuat ekonomi sektor luar negeri," katanya.

207

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR