Gunungkidul, Gatra.com - Kabupaten Gunungkidul memiliki kekayaan alam melimpah. Meski setiap tahun kekeringan, daerah yang didominasi pegunungan karst ini punya banyak keindahan.
Salah satunya Goa Song Gilap di Dusun Klumpit, Desa Kenteng, Kecamatan Ponjong. Jaraknya sekitar 17 kilometer dari pusat Pemerintahan Gunungkidul di Kecamatan Wonosari. Lokasi ini bisa ditempuh selama 35 menit menggunakan sepeda motor.
Meski belum terlalu dikenal, Goa Song Gilap memiliki keunikan tersendiri jika dibanding wisata goa lain. Goa ini memiliki bagian yang disebut istana ornamen.
Pemandu wisata Goa Song Gilap, Joko Wastiyo, mengatakan, istana ornamen itu terletak di salah satu ujung goa. "Di istana ornamen itu ada banyak batu berbentuk mirip jamur dan bunga teratai," kata Joko, saat ditemui Gatra.com yang bertandang ke goa tersebut, Minggu (4/8).
Untuk menuju ke istana ornamen itu membutuhkan waktu dua jam dari mulut goa. Perjalanan dari mulut goa pun tidak mudah karena harus menyusuri sungai dengan kedalaman sekitar satu meter. "Saat berangkat, kita berjalan melawan arus sungai. Ketika pulang, kita mengikuti arus sungai," katanya.
Ketika sampai di istana ornamen itu, wisatawan harus menaati aturan di dalam goa. Pengunjung dilarang menyentuh batu-batu kapur mirip jamur dan bunga teratai karena dapat mengganggu 'pertumbuhan' batu yang dibentuk oleh aliran air. "Kalau disentuh tangan manusia bisa menghambat perkembangan batu-batu," katanya.
Baca Juga: Watu Lumbung, Pantai Karang di Gunungkidul
Selain istana ornamen, stalagmit dan stalagmit goa juga tak kalah indah. Untuk bisa menikmati keindahan Song Gilap, wisata goa ini ditawarkan Rp750 ribu per paket untuk lima orang. "Peralatan maupun fasilitas untuk makan sudah disediakan," jelas Joko.
Wisata Goa Song Gilap memang belum terlalu ramai pengunjung. Mereka yang datang per bulan bisa dihitung jari. "Saat ini kebanyakan dari mahasiswa atau pelajar. Ini memang wisata minat khusus dan hanya orang-orang yang ingin tahu saja tentang Goa Song Gilap," katanya.
Warga Dusun Klumpit, Budiyanto, 70 tahun, menjelaskan, sungai di goa itu cukup luas. Budiyanto dan tetangganya menemukan sungai di goa itu pada 1972 silam. "Anak saya yang saat ini mengembangkan wisatanya," ucapnya.