Gunungkidul, Gatra.com - Warga tiga desa di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memanfaatkan sumber air dari Goa Song Gilap untuk memenuhi kebutuhan air saat kekeringan di musim kemarau dua tahun ini. Warga menemukan sumber air ini secara tak sengaja saat mencari kelelawar di goa itu.
Petugas operator air Goa Song Gilap, Arif Susanto, 37 tahun, mengatakan, warga biasanya membeli air tangki saat kesulitan air pada musim kemarau. Satu tangki air yang berisi lima ribu liter seharga Rp170 ribu.
"Tapi sejak 2 tahun terakhir ini air bersih diambil dari sumber di dalam goa. Aksesnya mudah," kata warga Dusun Klumpit, Desa Kenteng, Ponjong, ini saat ditemui di rumahnya, Minggu (4/8).
Sumber air ini ditemukan warga setempat sekitar tahun 1970-anan. Setelah diketahui ada air di goa itu, masyarakat pun ngangsu atau mengambil air secara manual memakai jeriken.
Pada 1980-an, warga sempat memakai teknologi tenaga surya bantuan Jepang untuk mendapatkan air. Namun teknologi itu tak bertahan lama dan warga pun kembali ngangsu atau membeli air tangki untuk mencukupi kebutuhan air bersih.
Pada 2016, bantuan teknologi untuk mengangkat air di goa itu datang lagi. Kali ini dari Balai Besar Wilayah Serayu-Opak (BBWSO), berupa diesel, perpipaan, pompa, dan kelengkapan lainnya. "Selama setahun diujicoba, setelah dipastikan, teknologi bisa berjalan kemudian pengelolaannya diserahkan ke PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)," katanya.
Arif menjelaskan, diesel untuk mengangkat air dioperasikan 5 - 6 jam per hari. Setiap satu jam, perangkat ini bisa mengangkat sekitar 23,4 kubik atau 23.400 liter air.
Air dari goa disalurkan ke bak penampungan di puncak bukit berjarak sekitar 300 meter dari mulut goa.
Memanfaatkan gravitasi, air dari bak disalurkan ke bak-bak penampungan air di permukiman. "Kami menyebutnya warung air. Saat ini baru ada 12 warung air. Dari warung air ini baru disalurkan ke rumah-rumah warga," jelas Arif.
Warga membeli air seharga Rp13 ribu per kubik dari warung air ini. Jumlah tersebut telah melalui kesepakatan warga. "Rp130 ribu sudah mendapat 10 ribu liter. Tak perlu lagi membeli air tangki yang harganya Rp170 ribu mendapat 5 ribu liter," katanya.
Air itu kini bisa dinikmati oleh 676 kepala keluarga (KK) di tiga desa yakni Kenteng, Sumberadi, dan Tambakromo. Daerah ini berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Warga Klumpit penemu sumber air di dalam Goa itu, Budiyanto, 70 tahun, mengatakan, ia tak sengaja menemukan sumber air itu pada 1972. "Saat saya sedang mencari kelelawar di sekitar goa. Saya telusuri di dalam goa itu terdengar suara air," kata dia.
Setelah mendengar suara air, ia mengajak tetangga untuk mengeceknya. "Berkah mencari kelelawar. Ibaratnya kelelawar itu yang membantu saya menemukan sumber air," ujarnya.
Saat ini, selain dimanfaatkan untuk kebutuan air bersih, sumber air ini disiapkan sebagai tujuan wisata. Kelompok sadar wisata telah terbentuk untuk menggarapnya potensi wisata Goa Song Gilap.