Jakarta, Gatra.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membenarkan pernyataan ilmiah dari ahli tsunami dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait adanya potensi gempa yang mencapai 8,8 SR setelah gempa yang terjadi di Banten, Jumat (2/8) dengan magnitudo 6,9 SR.
"Saya bukan ahli gempa, jadi saya tidak bisa kasih komentar benar atau enggak. Tapi kalau BMKG dan ahli tsunami bicara bahwa potensi masih ada, saya percaya, karena memang itu betul potensi ada," kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Agus Wibowo di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (2/8).
Meski tidak ada yang bisa memprediksi kedatangan gempa hingga hari ini, Agus menjelaskan masyarakat harus sudah mengantisipasinya jauh-jauh hari.
Baca Juga: Waspadai Hoaks Gempa dan Tsunami Cilacap
Hal pertama yang harus dilakukan adalah perbanyak informasi dan ketahui ancaman bencana di sekitar tempat tinggal.
"Jadi kalau ancamannya gempa dan tsunami, para ahli akan membuat hitung-hitungan nanti tsunaminya berapa lama datangnya, tingginya berapa. Setelah tahu, nanti strategi apa yang harus ditentukan," papar Agus.
Kedua, masyarakat dan pemerintah tentunya, perlu memperhatikan tempat perlindungan atau shelter. Agus mengatakan, shelter sendiri wajib dibuat jika tak ada tempat yang tinggi di sekitar pantai maupun tempat tinggal.
Baca Juga: BNPB: Manusia Harus Menyesuaikan Diri dengan Bencana
"Kalau memang pantainya panjang, landai, kalau kita naik [misalnya] 20 menit enggak bisa naik, ya kita harus bangun shelter. Tapi kalau ada tebing tinggi, enggak perlu bangun shelter. Tinggal dibangun jalan atau tangga," tutur Agus.
Selain infrastruktur seperti rambu-rambu dan jalur evakuasi, tentu pemerintah harus menyiapkan simulasi bencana kepada masyarakat. Dia mendorong ada latihan simulas setiap enam bulan sekali, bahkan sebulan sekali. Dengan demikian masyarakat makin siap menyelamatkan diri saat bencana terjadi.
Simulasi adalah langkah penting yang harus dilakukan, mengingat masih banyak korban jiwa akibat bencana alam. Data BNPB menunjukkan jumlah total korban bencana alam pada sepanjang 2018 mencapai 5.000 orang meninggal. Itu menunjukkan bahwa masyarakat masih belum siap saat bencana terjadi dan cenderung hanya pasrah.
Baca Juga: BNPB: 4 Orang Meninggal Dunia, 4 Luka-luka, 223 Rumah Rusak dalam Gempa Banten
Terkait gempa terbaru, BNPB merilis sedikitnya empat orang meninggal dunia, empat orang luka-luka, dan 223 rumah rusak dalam gempa bumi bermagnitudo 6,9 SR di Sumur, Banten, Jumat malam (2/8). Dua korban jiwa berasal dari Kabupaten Lebak meninggal karena serangan jantung dan kelelahan saat dievakuasi. Sementara sisanya berasal dari Sukabumi.
"Semua yang meninggal karena jantung, bukan karena bangunan. Ada yang karena terjatuh waktu lagi gempa. Rumahnya tidak ada yang runtuh habis," kata Agus.
Baca Juga: Stok Logistik untuk Korban Gempa Halsel di Posko Induk Menumpuk
Agus meyakinkan, setelah gempa bumi tersebut, tidak ada gempa susulan dan tsunami dalam waktu dekat. Kini, pihaknya sendiri fokus untuk melakukan proses evakuasi. BNPB sendiri masih akan melakukan survei sampai Senin besok untuk memastikan apakah ada korban dan kerusakan lainnya. Setelah itu mereka akan melakukan rehabilitasi dan konstruksi.
Adapun daerah terdampak paling parah berada di Banten, terutama Pandeglang. Selain itu, Cianjur dan Sukabumi juga menjadi daerah yang cukup parah digoyang gempa.