Jakarta, Gatra.com - Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Anang Noegroho, mengatakan, pihaknya mendukung Kementerian Pertanian (Kementan) menerapkan nanoteknologi di sektor pertanian atau pangan untuk mengatasi stunting.
"Nanofortifikasi yang telah dikembangkan di BB-Pascapanen dapat diaplikasikan untuk mengatasi stunting," kata Anang dalam keterangan tertulis, Sabtu (3/8).
Menurutnya, hasil riset yang dilakukan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pascapanen Pertanian, Kementan, tersebut bisa diterapkan karena sejalan dengan program prioritas biofortifikasi dan fortifikasi pangan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Baca juga: Kementan Luncurkan Varietas Padi Baru untuk Atasi Stunting dan Kurang Gizi
Anang menyampaikan keterangan tersebut dalam ?rapat penyusunan rancangan awal RPJMN 2020-2024 bidang pertanian di Surabaya, Jawa Timur (Jatim) pada 29 Juli 2019. Rapat tersebut diselenggarakan Direktorat Pangan dan Pertanian, Bappenas yang juga dihadiri peneliti dari Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Sri Yuliani.
Anang menegaskan, pembangunan pertanian perlu didukung oleh Iptek yang kuat dan salah satu dukungan yang diharapkan adalah aplikasi nanoteknologi. Untuk itu, agar segera dilakukan penyusunan rancangan aplikasi nanofortifikasi untuk mengatasi stunting yang akan dimasukkan ke dalam program prioritas.
Selain itu, diharapkan pula agar aplikasi nanoteknologi lainnya seperti nanobiosilika sebagai pupuk serta nanobiopestisida juga dapat disusun rancangannya untuk mendukung produktivitas tanaman pangan.
"Teknologi nanoteknologi rupanya telah ada di Balai Besar Pascapanen. Selanjutnya harapan kami, aplikasi teknologi nanoteknologi tersebut segera dimanfaatkan tidak hanya mendukung aspek hulu pertanian, tetapi juga aspek hilir," katanya.
Baca juga: Program Pembangunan Desa Juga Diarahkan Atasi Stunting
Penerapan nanoteknologi di sektor hulu dan hilir pertanian diharapkan dapat meningkatkan keragaman produk pertanian yang memiliki nilai tambah lebih besar. Bappenas menginginkan agar Kementan dapat segera menyusun roadmap pengembangan produk nanoteknologi dengan kompleksitas produk yang tinggi.
Sementara itu, peneliti Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Sri Yuliani, selaku narasumber pada rapat tersebut memaparkan pengenalan nanoteknologi, aplikasinya pada bidang pangan dan pertanian, status pengembangan nanoteknologi Indonesia di dunia, aspek keamanan nanoteknologi, perkembangan riset nanoteknologi di Balitbangtan serta fasilitas laboratorium nanoteknologi yang dimiliki Balitbangtan.
Menurut Sri, beberapa riset yang telah dikembangkan di antaranya adalah nanofortifikasi pangan, nanobiosilika dari sekam padi, nanobiopestisida, nanoselulosa dari limbah biomasa pertanian, serta nanocoating dan nanozeolit untuk penanganan buah segar.
"Kami mengapresiasi dukungan dari Bappenas untuk mengembangkan aplikasi nanoteknologi dalam mengatasi stunting. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sangat fokus menyelesaikan stunting," ujarnya.
Baca juga: Stunting Dapat Dicegah dengan Peningkatan Kualitas Kesehatan
Kementan fokus mendukung menyelesaikan stunting karena ini menjadi ancaman serius bagi pembangunan sumber daya manusia di masa mendatang, sehingga berdampak pada pembangunan pertanian. Karena itu, Kementan fokus wujudkan swasembada protein dan menciptakan petani milenial.
Untuk mematangkan rancangan aplikasi nanoteknologi pada bidang pangan dan pertanian yang akan dimasukkan ke dalam RPJMN 2020-2024, beberapa pertemuan akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan.
Menindaklanjuti hal tersebut, Kepala Balai Besar Litbang Pascapanen, Prayudi Syamsuri, menyampaikan bahwa segera mengumpulkan peneliti-peneliti andalnya untuk menyusun roadmap pemanfaatan nanoteknologi di bidang pangan dan pertanian untuk 5 tahun ke depan.