Kairo, Gatra.com - Juru bicara Dewan Militer Sudan memecat sembilan tentara dari Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sehubungan dengan insiden pembunuhan demonstran yang terjadi di negara tersebut pekan ini.
Pemecatan dari personil kelompok paramiliter terkuat di Sudan itu menjadi bentuk ketegasan militer untuk menghindari meluasnya konflik di kawasan tersebut. Keputusan pemecatan disampaikan Dewan Militer pada hari Jumat (2/8) waktu setempat.
Letnan Jendral Shams El Din Kabbashi mengatakan bahwa Gubernur negara bagian Kordofan Utara dan dewan keamanannya turut bertanggung jawab atas pembunuhan enam (6) orang demonstran tersebut. Serangan itu terjadi di Ibukota negara bagian El-Obeid pada Senin lalu dimana diketahui empat korban merupakan siswa sekolah.
Para pejuang RSF dipersenjatai dengan senapan serbu, senapan mesin yang dipasang di truk dan granat berpeluncur roket. Pasukan ini ditakuti masyarakat Sudan, terutama oleh kaum pemberontak yang sering melakukan aksi demonstrasi menuntut pemerintah.
Seperti dilansir Reuters, kelompok-kelompok oposisi menuduh RSF telah membunuh sejumlah demonstran yang menuntut kembalinya rezim ke pemerintahan sipil sejak Presiden Omar al-Bashir dilengserkan pada April lalu.
Komandan RSF, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo telah membantah pernyataan tersebut. Ia mengatakan ada kelompok penyusup yang membunuh ke-enam korban di lokasi kejadian.
Sementara koalisi oposisi utama dari Pasukan Kebebasan dan Perubahan (FFC) menyambut baik tindakan terhadap anggota RSF. Mereka menilai hal tersebut dapat mencegah kekerasan lebih lanjut.
Pada Kamis lalu, ratusan ribu orang Sudan turun ke jalan merespons pembunuhan yang terjadi di El-Obeid. Petugas medis dari pihak oposisi menyatakan empat demonstran tewas dan lainnya terluka oleh tembakan di Omdurman.
Sebelumnya kedua belah pihak telah menandatangani kesepakatan politik pada bulan Juli yang menetapkan masa transisi tiga tahun dan dewan kedaulatan bersama.
"Kesepakatan itu sekarang benar-benar sudah dekat," ujar perwakilan FFC, Satea al-Hajj.
Mediator Uni Afrika untuk Sudan, Mohamed Hassan Lebatt mengatakan pada konferensi persnya bahwa pembicaraan kesepakatan akan dibicarakan lebih lanjut.