Semarang, Gatra.com - Kekurangan pasokan (backlog) rumah di Jawa Tengah (Jateng) masih cukup tinggi. Dari sisi kepemilikan di Jateng ada backlog 720.000 unit rumah, sedangkan dari sisi kepenghunian sebanyak 530.000 unit rumah.
Plt. Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi Jawa Tengah, Arief Friyoga, mengatakan selain faktor ekonomi, backlog terjadi akibat budaya masyarakat setelah menikah tetap tinggal dengan orang tua.
"Kita memahami budaya kita, banyak satu rumah ditinggali beberapa keluarga (KK). Kalau kepemilikan idealnya ya setelah menikah tinggal sendiri," katanya pada acara diskusi Penyediaan Perumahan Povinsi Jawa Tengah di MG Setos, Semarang, Kamis (1/8).
Selain itu, Arief mengakui, faktor kemiskinan juga menjadi alasan para masyarakat tidak mampu membeli rumah. Saat ini angka kemiskinan di Jawa Tengah masih cukup tinggi, yaitu mencapai 10,8 persen.
"Masih ada 378.000 keluarga miskin. Menangani kemiskinan dengan cara kita yaitu melalui penyediaan perumahan," ujarnya.
Ia mengatakan, dari 29 kabupaten yang ada di Jawa Tengah terdapat 1,5 juta rumah tidak layak huni (RTLH). Untuk mengurangi beban warga miskin, pihaknya membuat program bedah rumah khusus warga miskin.
"Sudah kita tangani bersama-sama, Diimplementasikan dengan bantuan Keuangan ke Pemdes, yaitu Rp10 juta per orang. Hal itu untuk mengurangi beban si miskin untuk memenuhi kebutuhan rumah," ucapnya.