Semarang, Gatra.com - Sejumlah remaja usia sekolah tingkat SMP dan SMA di Kota Semarang mendapat program pencerahan edukasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi remaja. Program itu disampaikan oleh lembaga nonpemerintah Rutgers World Population Foundation (WPF).
Communications Officer Rutgers WPF Indonesia, Trisa Triandesa, mengatakan, banyak remaja belum mengerti dan memahami kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual, padahal mereka sudah matang pada usianya.
"Intinya perlindungan kepada remaja baik laki-laki dan perempuan. Pengenalan sejak dini akan membantu mereka dalam tumbuh-kembangnya," katanya, saat mengunjungi Kantor Biro Gatra Jateng, Kamis (1/8).
Karena itu, sejak 2017, Rutgers WPF di Semarang menggandeng mitra kerja dengan PKBI Jawa Tengah untuk pengimplementasian program kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah.
"PKBI akan menyampaikan program kami di Jateng, melalui sekolah-sekolah terutama di SMP dan SMA. Program itu akan dibedakan sesuai tingkatan usia remaja," katanya.
Beberapa program yang dijalankan seperti Get Up Speak Out, berupa akses penyediaan informasi dan layanan kespro kepada kaum muda dengan menggunakan pendekatan berbasis hak dan multikomponen. Yes I Do, program bertujuan mencegah pernikahan anak, kehamilan remaja dan sunat perempuan melalui intervensi berbasis masyarakat di tingkat desa.
Program lainnya, ada Prevention, sebuah program lima tahunan lima negara yang membahas akar penyebab kekerasan gender berbasis pada laki-laki sebagai agen perubahan dan mempromosikan maskulinitas yang sehat berdasar kesetaraan, perawatan, dan asas tanpa kekerasan. Explore4Action, program penelitian empat tahunan bertujuan memahami perubahan pemahaman dan perilaku remaja Indonesia terkait isu kespro serta dampak dari pemberian pendidikan kesehatan seksual yang komprehensif.
"Yang paling asyik, program Dance4Life. Akan ada remaja 13-19 tahun yang menari bersama dan digelar bersamaan di 30 negara. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran pencegahan terhadap HIV dan AIDS, termasuk menghilangkan diskriminasi pada ODHA," ucapnya.
Ika Nindyas Ranitadewi dari PKBI Jateng menambahkan, beberapa kegiatan diterapkan di sejumlah sekolah seperti SMP dan SMA yang ada di pinggiran Kota Semarang, sepeti di daerah Mangkang, Tembalang Ungaran, dan Gunungpati.
Pemilihan daerah tersebut telah melalui pengamatan dan kurasi berdasar potensi risiko terjadinya kekerasan pada remaja terutama pelecehan, kejahatan seksual dan kesehatan seksual.
"Kami memberikan edukasi dan asistensi lewat guru bimbingan konseling (BP) sekolah masing-masing. Mereka yang menjadi kader dan duta dalam menyampaikan kurikulum materi ajar kepada para siswa," katanya.
Sementara untuk materi ajar di SMA akan dilakukan bimbingan langsung dari PKBI dan Rutgers, termasuk melibatkan rekan remaja seumuran sebagai media diskusi remaja agar lebih nyaman, terbuka, dan mudah diterima.
Beberapa sekolah yang menjadi mitra edukasi di antaranya Program Get Up Speak Out ada di SMPN 22 Semarang, SMPN 28, SMPN 29, dan MTsN 1 Semarang. Program Dance4Life ada di SMAN 12 Semarang, SMAN 15, SMAN 8, SMKN 9, dan SMK Texmaco Semarang. Program You and Me, ada di PAUD Taman Belia Candi Semarang, PAUD Anak Bangsa 3, dan Labschool Unnes.