Jakarta, Gatra.com - Industri olahan tomat (saus) merupakan salah satu sektor tahan banting. Selain mempunyai rantai pasok bahan baku substitusi, industri ini memiliki peluang pasar ekspor yang besar.
Industri ini dinilai tahan banting sejalan maraknya bahan baku susbtitusi yang melimpah di Indonesia. Perusahaan global seperti Heinz, Unilever, dan Delmonte berlomba menggarap pasar domestik, juga peluang ekspor.
Ahli Pangan, Profesor Gyatmi menuturkan jika produk pangan lainnya masih bertumpu pada bahan baku impor, maka produsen saus tomat di dalam negeri telah berhasil mencari substitusi tomat. Menurutnya, sudah hal lazim bagi produsen pangan untuk mencari substitusi bahan baku.
Apalagi, Indonesia mempunyai banyak bahan baku pangan yang bisa diolah sebagai pengganti bahan asli. Sedangkan, saat ini mayoritas produsen saus tomat mensubstitusi tomat dari bahan ketela singkong dan ubi jalar.
"Ubi sebagai substitusi bahan pangan dengan alasan ketersediaan dan stabilias suplai bahan baku,” ujar Gyatmi dalam keterangannya, Kamis (1/8).
Contoh lain coklat pakai cocoa powder dan CBS cocoa butter substitute, penggunaan minyak sawit untuk pengganti milk butter pada ice cream, kopi bubuk campur jagung. Kebanyakan produsen saus tomat di Indonesia, kini bisa mempergunakan bahan dasar umbi yang diolah dengan campuran rempah serta perasa buatan.
Di sisi lain, persaingan domestik produk saus tomat tengah berlangsung ketat. Produsen multinasional seperti Heinz, Unilever, dan Delmonte saling sikut memperebutkan pasar saus tomat yang sempit.