Home Milenial Sumbar Kehilangan Sastrawan Terbaiknya Darman Moenir

Sumbar Kehilangan Sastrawan Terbaiknya Darman Moenir

Padang, Gatra.com - Dunia sastra tanah air kembali kehilangan tokohnya. Sastrawan asal Sumatera Barat, Darman Moenir tutup usia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M. Djamil Padang pada Selasa (30/7) lalu. Darman Moenir, kerap disapa DM, wafat dalam usia 67 tahun dan meninggalkan lima orang anak.

Semasa hidup DM dikenal sebagai sosok yang kritis. Selain berkecimpung di dunia sastra dan budaya-- yang sudah jadi kesehariannya-- Darman kerap menulis pandangan kritisnya di surat kabar Haluan. Ia membedah pandangan tentang budaya, agama, bahkan birokrasi yang carut marut. Tulisan DM yang kritis mengingatkan banyak orang pada buah karya seniman besar Sumbar, Wisran Hadi yang sudah dulu berpulang pada 2011 silam.

Darman Moenir lahir di Sawah Tangah, Pariangan, Tanah Datar pada 27 Juli 1952. Ia mulai menulis sejak usia 18 tahun, dan menghasilkan banyak karya seperti novel, sajak dan karya tulis lainnya. Anak dari pasangan Moenir dan Sjamsidar ini pernah bersekolah di Sekolah Seni Rupa Indonesia Negeri Padang, kemudian melanjutkan pendidikan ke Akademi Bahasa Asing Prayoga dan menyelesaikan jurusan Bahasa Inggris pada 1974.

Sekumpulan karyanya pernah dimuat di media massa nasional seperti Majalah Horison, Panji Masyarakat, Kompas, Republika, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Kartini, Harian Indonesia Raya dan media lainnya serta surat kabar terbitan Padang.

Salah satu karyanya berjudul Bako berhasil menghantarkan namanya di kancah nasional. Novel yang diterbitkan Balai Pustaka pada tahun 1983 ini sebelumnya memenangi Sayembara Roman DKJ tahun 1980. Selain itu ia juga melahirkan sederet novel dan karya semisal Gumam (1976), Dendang (1988), Aku, Keluargaku, dan Tetanggaku (1993), Jelaga Pusaka Tinggi (1997), novel terjemahan Negeri Hujan (1999), Krit & Sena (2010), dan Andika Cahaya (2012). 

Sedangkan sajaknya yang terkenal berjudul Kenapa Hari Panas Sekali terbit 1975 dan sajak Tanpa Makna diterbitkan 1977. Tidak hanya dikenal sebagai penulis, Darman Moenir juga aktif dalam kegiatan kesusastraan, kesenian dan kebudayaan dalam negeri maupun luar negeri. Ia pernah mengikuti Hari Sastra di Ipoh, Malaysia (1980), Konferensi Pengarang Asia di Manila, Filipina (1981), Pertemuan Dunia Melayu di Melaka (1982), Pertemuan Penyair ASEAN di Bali (1982), dan International Writing Program di IOWA City, Amerika Serikat (1988) dan banyak lagi.

Menjelang tutup usia, Darman Moenir sempat dirawat beberapa hari di RSUD M. Djamil Padang karena penyakit kanker paru-paru stadium 4. Ia menghembuskan nafas terakhir pada 14.45 WIB. Jenazahnya dibawa ke rumah duku di Jalan Passaman II Nomor 170 Siteba, Padang, dan dimakamkan di Pemakaman Universitas Andalas, Ulu Gadut, Padang sekitar pukul 11.00 WIB pada Rabu (31/7).

547