London, Gatra.com - Mantan CEO Audi Rupert Stadler ditahan Jaksa Penuntut Jerman terkait skandal emisi gas buang diesel 2015 yang menggoncang Volkswagen Group.
Volkswagen telah mengakui telah mengakali ribuan mesin diesel agar bisa lolos dari tes emisi. Mesin itu dilengkapi dengan software yang bisa membuat mesin memproduksi lebih sedikit emisi berbahaya di lingkungan uji, daripada dalam pengendaraan normal.
Menurut Jaksa, Stadler mengetahui akal-akalan itu, tapi gagal mencegah ribuan mobil dengan mesin yang dilengkapi software itu terjual. Skandal ini terkait dengan 435 ribu mobil merk Audi, Porsche dan Volkswagen yang dijual di pasar AS dan Eropa.
Dalam statemennya, Audi mengatakan, "Perusahaan kami terus bekerja sama sepenuhnya dengan otoritas penyelidik untuk mengklarifikasi keadaan yang menyebabkan krisis diesel. Klarifikasi ini merupakan prasyarat untuk awal baru yang sukses," seperti dilansir CNN, Rabu (31/7).
Stadler bekerja untuk Volkswagen sejak 1990. Dia ditangkap pada Juni 2018 terkait skandal. Setelah beberapa bulan dipenjara, jabatannya sebagai CEO Audi juga dicopot.
Skandal ini merusak kepercayaan konsumen dan regulator terhadap mesin diesel. Padahal pada masa jayanya, teknologi digadang-gadang sebagai kombinasi terbaik dari tenaga yang kuat, efisien bahan bakar dan emisi yang bersih. Volkswagen sendiri selain citranya tercoreng, juga harus membayar ganti rugi lebih dari USD30 miliar untuk biaya recall, ganti rugi dan penyelesaian sengketa hukum.
Menurut penyidik di Amerika Serikat, kecurangan itu dilakukan sejak 2006. Saat itu para insinyur Volkswagen di Jerman menyadari mesin diesel 2.0 liter terbaru tidak akan bisa memenuhi standar emisi. Alih-alih kembali ke meja gambar untuk merancang mesin baru, mereka membuat software yang mendeteksi kapan mobil sedang melaksanakan uji emisi dan selanjutnya mobil akan menyemburkan emisi yang sesuai standar.
Stadler menyusul mantan CEO Volkswagen Martin Winterkorn yang ditahan Jaksa Jerman. Winterkorn dituduh penipuan dan konspirasi. Jaksa AS juga mengajukan tuntutan yang sama.