Home Milenial Singapura Punya Kebijakan Riset yang Menguntungkan Peneliti

Singapura Punya Kebijakan Riset yang Menguntungkan Peneliti

Jakarta, Gatra.com - Menyongsong era revolusi industri 4.0 berbagai negara berlomba-lomba untuk meningkatkan mutu risetnya. Mutu riset yang baik diyakini mampu membawa dampak manfaat terhadap pembangunan, ekonomi dan kesejahteraan. Namun dari sisi pengelolaan riset, Indonesia sepertinya harus belajar banyak dari negara tetangga.

Profesor Ekonomi dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Prof. Yohanes Eko Riyanto mengatakan Singapura dapat menjadi percontohan dalam pengembangan riset. Negeri Singa itu menurutnya punya kebijakan yang baik untuk para periset. 

"Di Singapura, insentif riset berbeda dengan pembiayaan operasional riset," ucap Yohanes saat menjadi narasumber terkait forum publik "Pengelolaan Dana Riset" di Jakarta, Rabu (31/7) ini.
 
Ia menyebutkan setiap institusi memiliki kebijakan insentif yang berbeda-beda. Dengan adanya kebijakan insentif riset yang diatur negara, seorang profesor menurutnya tidak perlu "lompat" sana-sini untuk mencari pemasukan tambahan.
 
"Insentif berdasarkan dari publikasi. Lolos publikasi juga unsur utama untuk saya bisa menjadi profesor," katanya.
 
Singapura, sambungnya, juga memiliki National Research Foundation (NRF) yang kerap mengadakan open call untuk riset. Dengan adanya kanal yang dibuka NRF, para periset berlomba untuk mendapatkan proyek penelitian di negara tersebut. "Nah, ini suatu bentuk kolaborasi juga dengan pemerintah," ujarnya.
 
Di sana juga terdapat Competitive Research Grant dimana para periset bisa mendapatkan insentif hingga US$20 juta dollar Singapura untuk membiayai satu program penelitian. "Itu besar, lho."
 
Kolaborasi riset menurutnya juga bisa digalakkan di lingkungan kampus. "Di NTU, para mahasiswa berprestasi bisa kerja kolaborasi bersama satu orang profesor. Jadi kalau ada mahasiswa yang IPK-nya tinggi, misalnya, dia bisa mendapat kesempatan berkolaborasi secara eksklusif dalam menggarap proyek penelitian bersama seorang profesor. Ini terjadi di semua jurusan," pungkasnya.
450