Jakarta, Gatra.com- Pemerintah Jepang berusaha maksimal agar tsunami dan gempa bumi tidak menelan banyak korban, seperti tsunami Tohoku yang menewaskan 15.629 korban pada 2011. Hal ini disebutkan oleh Tenaga Ahli Bidang Pencegahan Bencana, Japan International Cooperation Agency (JICA), Naoto Tada.
"Tsunami di Tohoku tidak terduga akan menelan korban jiwa begitu banyak. Sejak itu, Pemerintah Jepang berbenah dengan serius membuat estimasi tingkat potensi dampak bencana terburuk. Diikuti dengan perumusan Undang-Undang yang menargetkan pengurangan resiko korban dalam jarak 10 tahun ke depannya," ungkap Tada dalam konferensi pers di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Graha BNPB, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (31/7).
Setelah mengidentifikasi potensi katastropik bencana di setiap daerah, Tada berusaha meminimalisir korban bencana di masa depan. Salah satu upayanya dengan menyiapkan langkah struktural dan nonstrutktural. Setelah perumusan undang-undang pengurangan resiko bencana, pemerintah Jepang menargetkan tahun 2020 jumlah dari rumah tahan gempa di seluruh Jepang harus mencapai 90%.
"Pemerintah membangun rumah tahan gempa dan tanggul laut. Lalu memindahkan bangunan vital yang dilewati sesar gempa. [Termasuk daerah] potensi terendam tsunami seperti balai kota yang dipindah ke tempat lebih tinggi," kata Tada.
Tada mencontohkan upaya yang dilakukan di Kota Kuroshi. Wilayah tersebut berpotensi buruk terkena gelombang tsunami setinggi 34 meter. Pihaknya lalu memindahkan balai kota ke tempat tinggi. Selain itu, membangun menara setinggi 22 meter dengan daya tampung lebih dari 230 orang.
Ia mengatakan, pemerintah menghitung estimasi dampak bencana. Selain itu, menyosialisasikan tentang kemungkinan 1/5 dari penduduk akan meninggal dunia. Tada menyebut, masyarakat sempat panik dan merasa hidupnya akan berakhir. Namun, setelah dilakukan sosialisasi tanggap bencana selama 4 tahun, masyarakat akhirnya sadar terhadap potensi bencana.
"Warga kebanyakan mengatakan akan mati dan pasti tidak bisa melarikan diri. Setelah itu, [di setiap] mengundang artis terkenal untuk menyosialisasikan 3 prinsip menghadapi tsunami yakni tidak boleh menyerah, mulai evakuasi setelah guncangan, evakuasi lebih cepat ke tempat aman," kata Tada.
Selain itu, upaya lain yang dilakukan pemerintah dan masyarakat Jepang ialah melakukan pendataan di setiap Kepala Keluarga untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana.
"Setiap KK, selain diedukasi untuk menolong orang lain, juga diminta mengisi data. Seperti penyandang disabilitas di keluarganya, berapa orang yang mampu ia bantu di sekitarnya jika terjadi bencana, hingga letak jalur evakuasi terdekat dari rumahnya," tutur Tada.