Sarolangun, Gatra.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sarolangun, Jambi mencatat hingga saat ini ada 41 titik hotspot terpantau dari satelit yang tersebar di beberapa kecamatan yang ada di daerah itu.
"Dari hasil pantauan satelit, titik hotspot yang ada di Kabupaten Sarolangun ada sebanyak 41 titik hotspot. Belum lagi temuan-temuan kita di lapangan yang tidak masuk dalam sistem satelit. Titik hotspot itu memang terbakar seluruhnya, tapi untuk luasan hektarnya belum direkap semuanya," kata Kabid Kedaruratan BPBD Sarolangun, Yen Iswadi dikonfirmasi Rabu (31/7).
Ia mengatakan jumlah titik hotspot yang terpantau tersebut merupakan akibat dari kebakaran lahan. Paling banyak terjadi di dua kecamatan yakni Kecamatan Limun dan Kecamatan Batang Asai.
Ia menyebut bahwa kebakaran lahan ini karena masyarakat melakukan pembukaan lahan baru dengan cara membakar di lokasi yang jauh sehingga akses menuju lokasi juga cukup sulit.
Selain itu, kebakaran lahan ini juga bisa disebabkan karena musim kemarau saat ini memicu terjadi api ketika ada gesekan kayu apalagi ada puntung rokok yang masih hidup dibuang sembarangan.
"Hasil pantauan kami di lapangan sulit juga ditebak. Kalau musim kemarau ini bisa jadi kayu bertemu kayu menimbulkan api atau juga bisa dari api rokok. Sampai saat ini ke lahan terbakar itu tidak ditemui masyarakat atau pemilik lahan," katanya.
"Akhir Juli ini agak mengarah ke kecamatan batang Asai dan kecamatan Limun. Kendala kami hanya akses jalan menuju lokasi, karena masyarakat yang buka lahan baru ini jauh dari pemukiman seperti di Kecamatan Batang Asai, kami harus melewati sungai dan kami juga harus berjalan sekitar 10 kilo untuk sampai ke lokasi," katanya lagi.
Ia menjelaskan bahwa saat ini pihaknya sudah melakukan persiapan Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk meningkatkan siaga terhadap titik hotspot ini. Saat ini, pihaknya melakukan jadwal piket petugas selama 24 jam untuk meningkatkan intensitas kinerja sehingga bisa lebih maksimal.
"Harapan kami, kepada masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar, karena dampak kebakaran ini tentu akan menjadi perhatian kita seperti beberapa tahun lalu muncul kabut asap yang mengganggu kesehatan masyarakat," kata Yen Iswadi.