Home Gaya Hidup Warna-warna Abstrak Erizal As yang Mendobrak Batas

Warna-warna Abstrak Erizal As yang Mendobrak Batas

Bantul, Gatra.com - Perupa Erizal As menggelar pameran tunggal ‘Formless Existence’ yang memajang 12 karya terbarunya bergaya abstrak. Bukan hanya pada lukisan, penggunaan bingkai juga punya makna.

Erizal menampilkan lukisan abstraknya mayoritas dalam ukuran besar di pameran yang dibuka pada 25 Juli lalu di Gajah Gallery Yogyakarta, Kasihan, Bantul, ini. Goresan dan sapuan warna lewat kuas-kuas besar tak beraturan, bahkan saling tabrak dan tumpuk, terliat di semua karya Erizal.

“Karya di pameran ini punya benang merah dengan pameran tunggal sebelumnya ada 2017 soal identitas yang hilang. Selama 2,5 tahun saya gali gagasan itu sampai identitas itu hilang sama sekali. Tak berbentuk tapi wujudnya ada,” ujar Erizal kepada Gatra.com, Senin (29/7).

Baca Juga: 'Ora Saru', Belajar Seksualitas dari Karya Seniman Milenial

Erizal menjelaskan, karya-karya terbarunya merupakan wujud eksplorasi ke gagasan-gagasan baru. Dulu dia suka karya dengan ilustrasi figuratif, tapi kemudian menjelajahi pendekatan abstrak dengan tema tentang kebebasan.

Selain itu, untuk menemukan tawaran makna yang lebih lengkap, karya-karya Erizal harus dicermati secara seksama di luar karya itu sendiri. Gagasannya tak berhenti sebatas pada lukisan, melainkan juga pada bingkai lukisan tersebut.

‘Negosiasi Ruang Sempit’ contohnya, menggunakan bingkai yang lebih besar di dua sisi lukisan. Dengan lukisan selebar 100x80 centimeter, bingkai lebih panjang 6 centi di dua sisinya higga menyisakan sedikit ruang kosong dari lukisan. Di ruang ini, ‘keegoisan’ cat yang muncrat seakan masih terakomodasi.

Baca Juga: Mengikuti Jejak Bapak Seni Rupa Modern dari Bantul

Namun pada ‘Arrogance’ dan ‘Vulgarity’, lukisan-lukisan itu seolah mendobrak dan merusak beberapa bagian bingkai meski bingkai itu dibuat lebih lebar beberapa centi.

Eksekusi pada bingkai semacam itu juga terlihat di karya-karya lain. Bingkai kayu dipotong, dicabik, hingga dihancurkan, dalam kondisi apa adanya sampai terlihat serat kayunya, atau bisa juga dipahat dan dicat ulang.

Erizal juga menggunakan bingkai besi di ‘Ambitious’. Namun Besi di karya berdimensi 200x170 centimeter ini beralur mengikuti luberan cat pada lukisan.

Baca Juga: Jokowi, Prabowo, dan Partai Ayam Meriahkan Pameran Seni Ini

Namun pemanfaatan bingkai sebagai bagian dari karya ini paling menclok terlihat di ‘Neo’. Dua sisi bingkai kayu klasik bermotif tradisional yang membingkai kanvas 180 centimeter persegi tampak dipatahkan secara kasar dan sisi bingkai itu hilang sama sekali.

“Untuk melengkapi gagasan, saya menggunakan bingkai yang dimaknai sebagai batasan, aturan, atau tatanan lama yang mapan,” kata perupa kelahiran Padangpanjang, 3 Februari 1979 dan telah menggeluti seni rupa selama 23 tahun ini ini.

Sebelum ‘Formless Existence’ , Erizal telah menggelar empat pameran tunggal. Dua pameran solo termutakhirnya di gelar di Bali pada 2012 dan di Singapura 2017. “Tapi ini pameran tunggal pertama saya di Yogyakarta untuk berbagi capaian-capaian baru,” kata Ketua Sakato, komunitas seni perupa Minang di Yogyakarta, ini. Pameran ini digelar hingga 31 Agustus 2019.

1594