Home Kesehatan Sumur Kering, Warga di Banyumas Terpaksa Gunakan Air Sungai

Sumur Kering, Warga di Banyumas Terpaksa Gunakan Air Sungai

Banyumas, Gatra.com – Dampak kemarau di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah semakin meluas. Di beberapa wilayah, masyarakat mulai memanfaatkan sungai sebagai sumber air bersih.

Di Bojanegara, Lumbir, misalnya, masyarakat sudah menggunakan aliran Sungai Dermaji untuk mencukupi kebutuhan air bersih. Kemarau panjang menyebabkan sumur mengering.

Bagi warga, aliran Sungai Dermaji amat penting. Pada masa tanam kedua, warga memanfaatkan aliran sungai ini untuk mengairi sawah. Saat puncak kemaraun, sungai ini menjadi penyuplai air bersih utama.

Bahkan air Sungai Dermaji ini juga dimanfaatkan oleh warga desa tetangga yang masuk ke Kabupaten Cilacap, Grumbul Cibriluk, Desa Cinangsi, Kecamatan Gandrungmangu.

“Kalau sekarang untuk mencuci. Di rumah untuk mandi dan wudu masih cukup,” ucap Sumeri, warga Cibriluk, Selasa (30/7).

Pemanfaatan air sungai memang lazim dilakukan oleh warga pedesaan pada musim kemarau panjang. Secara turun temurun, warga menggunakan aliran sungai demi mencukupi kebutuhan air bersihnya.

Tetapi, alam berubah. Begitu pun dengan aliran sungai. Sungai yang dulu jernih dan bersih, kini mulai tercemar limbah. Sisa rumah tangga, plastik dan limbah pabrik tepung tapioka adalah beberapa limbah yang selalu jadi masalah.

“Sekarang sudah tidak jernih lagi. Banyak sampahnya,” tutur Sumeri.

Rupanya, kondisi ini juga tak lepas dari pantauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas. Kepala Pelaksana Harian BPBD Banyumas, Ariono Purwanto mengimbau agar masyarakat mewaspadai penyakit yang berpotensi muncul akibat pemanfaatan aliran sungai atau sumber mata air lain pada musim kemarau ini.

rds
Warga Bojanegara, Lumbir, Banyumas membuat sumur di pinggir sungai untuk mencukupi kebutuhan air bersih. (GATRA/Ridlo Susanto/ft)

Beberapa penyakit tersebut yakni diare dan penyakit kulit. Sebab, banyak masyarakat yang memanfaatkan aliran sungai secara langsung. Sementara, kebanyakan aliran sungai sudah tercemar.

“Pemanfaatan air, di sungai, itu juga hati-hati. Karena kita tahu, sungai kita kadang-kadang sungai kita untuk limbah. Jadi kita harus hati-hati penggunaan airnya,” kata Ariono.

Karenanya, ketika akan memanfaatkan sumber air dari sungai, warga diminta untuk tak langsung memanfaatkan alirannya. Lebih baik warga membuat ceruk atau sumur sederhana di badan sungai yang benar-benar terpisah dari alirannya langsung.

Menurut dia, sumur pinggir sungai akan membuat air relatif lebih aman digunakan untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK), maupun dikonsumsi. “Jangan langsung ambil di aliran sungainya, tetapi membuat semacam sumuran di pinggir sungai, begitu,” katanya.

Selain soal pemanfaatan air, Ariono juga mengimbau  masyarakat agar mewaspadai kemungkinan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), akibat debu musim kemarau. Dia menyarankan, masyarakat menggunakan masker saat bepergian, terlebih menggunakan kendaraan bermotor.

Ariono mengemukakan, akhir Juli ini sebanyak 22.722 jiwa di 22 desa di 12 kecamatan di Kabupaten Banyumas  mengalami krisis air bersih. Sejauh ini, BPBD telah mengirimkan bantuan air bersih sebanyak 200-an tangki.

 

157