Semarang, Gatra.com - Perusahaan transportasi online PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau beken dikenal Gojek Indonesia mengubah kebijakan bonus atau insentif dan trip pada driver Go Car. Perubahan tersebut memicu protes 3.000 driver Go Car di Semarang dengan mematikan penerimaan order selama dua hari.
Aksi mematikan penerimaan order (offbid) secara serentak dilakukan mulai hari ini, Selasa (30/7) sampai Rabu (31/7) besok. Sedangkan pengaktifan skema kebijakan insentif dan trip terbaru, telah berlaku sejak Senin (29/7).
"Kami para driver keberatan atas skema baru insentif trip dari PT Gojek. Ini sangat merugikan kami di lapangan. Kami protes mematikan penerimaan order selama dua hari," kata Astrid Jovanka, juru bicara Asosiasi Driver Online (ADO) Kota Semarang, Selasa (30/7).
Diketahui dalam skema baru meyebut ada perubahan insentif dan trip baik pada skema harian dan mingguan secara berjenjang dengan beragam insentif sesuai dengan trip yang ditetapkan.
Pada skema terbaru harian menyebut 12 trip mendapat insentif Rp85 ribu, 16 trip mendapat tambahan Rp30 ribu, dan 19 trip mendapat tambahan Rp60 ribu. Jika bisa memperoleh tiga tingkatan trip, insentif tersebut menjadi kumulatif Rp 175 ribu.
"Skema baru jika ditotal 19 trip hanya mendapat insentif Rp 175 ribu, beda dengan skema lama yang mendapat Rp 250 ribu untuk 19 trip dan 12 trip dapat Rp 125 ribu," katanya.
Untuk mencapai 19 trip juga dirasa sudah sangat memberatkan sekali dicapai para driver Go Car, baik skema lama maupun skema baru. Banyaknya anggota dan aplikasi pesaing yang sejenis menjadi alasan utama.
Hal lain yang memberatkan adalah skema mingguan yang baru. Sebelumnya tidak pernah diberlakukan skema mingguan. Disebutkan jika dalam satu minggu driver mampu mengalkulasi 80 trip mendapat insentif Rp 205 ribu, 100 trip memperoleh insentif Rp 205 ribu, dan 120 trip mendapat insentif Rp 425 ribu.
"Misal jika dalam tiga hari bisa mendapat 120 trip, maka hari keempat sampai ketujuh tidak dihitung insentifnya. Ini sangat membatasi pendapatan kami yang akunnya gacor (ramai)," ucapnya.
Dari sisi penerimaan insentif dirasa pula memberatkan bagi skema mingguan. Dimana ditetapkan akan menerima insentif pada hari pertama minggu depannya, tidak secara langsung seperti biasanya.
Selain itu, kebijakan skema baru juga secara sepihak ditetapkan perusahaan dalam penentuan skema trip dan insentif. Mitra driver tidak bisa memilih sendiri skema yang diinginkan.
"Yang ngatur sistem perusahaan, katanya mengacak pemilihannya. Driver tidak bisa memilih skema yang diinginkan atau dirasa lebih mampu yang mana," katanya.
Astrid menyebut, skema baru membunuh lapangan pekerjaan dan rezeki para driver secara perlahan. Bahkan target trip yang berat seolah mitra hanya dimanfaatkan sebagai sapi perah perusahaan.
"Kami merasa sebagai sapi perah perusahaan, kami harap Pak Gubernur dan Pak Wali Kota Semarang bisa turun ikut mengatasi warganya. Kami ingin ada perbaikan skema kembali," tuturnya.
Gatra.com pun mencoba membuktikan kebenar an adanya aksi pematian penerimaan order pada aplikasi Go Car tersebut. Mengakases aplikasi Gojek, mencoba memilih perjalanan (trip) dari aplikasi milik pengusaha Nadiem Makarim, dengan perjalanan awal dari Balai Kota Semarang menuju Kawasan Simpanglima Semarang.
Pick up terpasang, dan aplikasi langsung mencari armada Go Car terdekat yang mangkal. Jika dilihat hasil pencariannya memang benar tidak seramai biasanya armada yang mangkal. Padahal, kawasan Jalan Pemuda di Balai Kota Semarang selalu ramai sebagai tempat mangkal driver transportasi online. Terlihat hanya ada satu armada, dan diindikasi sebagai armada taksi yang memasang aplikasi Go Car.