Moskow, Gatra.com - Awan besar berupa radiasi nuklir yang menyebar di benua Eropa pada tahun 2017, telah ditelusuri diduga akibat kecelakaan nuklir yang sebelumnya tidak diakui oleh Rusia, di bagian selatan negaranya, ungkap tim ilmuwan internasional, dikutip, livescience.com, Senin (29/7).
Para ahli mengatakan awan radiasi yang terdeteksi di Eropa pada akhir September 2017 lalu, kemungkinan besar disebabkan oleh sebuah kecelakaan pemrosesan ulang nuklir di Mayak Production Association, sebuah fasilitas nuklir di wilayah Chelyabinsk, Pegunungan Ural di Rusia, di sekitar tanggal 26 dan 27 September.
Penulis utama penelitian ini, seorang ahli kimia nuklir bernana Georg Steinhauser dari Universitas Leibniz di Hanover, Jerman. Ia mengatakan bahwa lebih dari 1.300 pengukuran atmosfer dari seluruh dunia menunjukkan bahwa antara 250 dan 400 terabecquerel radioaktif ruthenium-106 terdeteksi, dikeluarkan di sekitar Chelyabinsk pada waktu itu.
Rutenium-106 adalah isotop radioaktif rutenium, yang berarti memiliki jumlah neutron yang berbeda dalam nukleusnya, dibandingkan dengan sifat aslinya sebelum melalui proses fisi. Isotop dapat diproduksi sebagai produk sampingan dari fisi nuklir uranium-235 atom.
"Studi ini menunjukkan bahwa kecelakaan 2017 di Mayak, tidak mungkin disebabkan oleh pelepasan gas radioaktif yang sederhana seperti bocor. Sebaliknya, kebakaran, atau bahkan ledakan, mungkin telah membuat meluapnya radiasi dari reaktornya," kata Steinhauser.
Menurut Steinhauser, meskipun awan yang dihasilkan dari radiasi nuklir cukup menyatu dengan atmosfer, namun tidak membahayakan orang-orang di bawahnya. Total radioaktivitasnya antara 30 dan 100 kali tingkat radiasi, yang dilepaskan setelah kecelakaan Fukushima di Jepang pada tahun 2011.
Pelepasan jumlah ruthenium besar-besaran hanya mampu berasal dari kecelakaan selama pemrosesan ulang bahan bakar nuklir; dan fasilitas Mayak adalah salah satu dari sedikit tempat di dunia yang melakukan pemrosesan ulang semacam itu.
Studi meteorologi lanjutan yang dilakukan sebagai bagian dari penelitian ini menunjukkan bahwa awan radiasi di wilayah Eropa Timur, ini hanya bisa berasal dari fasilitas Mayak di Rusia.
"Mereka (tim peneliti) telah melakukan analisis yang sangat teliti dan mereka telah menduga dengan yakin bahwa asalnya dari Mayak, tidak ada keraguan tentang itu," ucap Steinhauser.
Rusia pada sisi lain mengkonfirmasi bahwa awan radiasi nuklir memang terdeteksi di atas Pegunungan Ural pada tahun 2017, namun negara beruang merah itu tidak pernah mengakui tanggung jawab atas kebocoran radiasi. Mereka juga tidak pernah mengakui bahwa kecelakaan nuklir terjadi di Mayak pada 2017.