Hong Kong, Gatra.com - Aksi unjuk rasa anti pemerintah baru di Hong Kong, Cina, semakin memanas. Demonstran memblokir layanan kereta api pada jam sibuk, Selasa pagi (30/7), sehingga menyebabkan kekacauan moda transportasi tersebut.
Dilansir Reuters, aksi ini dimulai sejak tiga bulan lalu, bermula pada aksi demostrasi menentang RUU Ekstradisi. RUU ini diduga memungkinkan orang-orang Hong Kong dikirim ke Cina daratan untuk diadili. Namun, aksi ini telah berkembang menjadi sebuah aksi besar yang menentang pemerintah dan penguasa politik Beijing.
Aksi unjuk rasa ini terjadi hampir setiap hari, terkadang dilakukan tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Bahkan, aksi ini mengganggu jalannya bisnis di Cina dan menumpuk tekanan pada pemerintah Kota Hong Kong yang merasa terkepung hingga akhirnya memperkuat pengamanan. Hal itu malah menimbulkan tuduhan bahwa pemerintah menggunakan kekuatan yang berlebihan.
Baca juga: Aksi Demonstrasi Anti Triad di Hong Kong Berakhir Ricuh
Para aktivis dalam aksi ini memblokir pintu kereta, menghambat layanan kereta, dan memaksa ratusan orang untuk keluar daru stasiun dan mencari alternatif lain.
"Kami tidak tahu berapa lama kami akan tinggal di sini, kami tidak memiliki pemimpin, karena Anda dapat melihat ini adalah gerakan massa sekarang," kata Sharon, seorang aktivis bertopeng berusia 21 tahun yang menolak memberikan nama lengkapnya.
Ia menambahkan, aksi ini tidak dimaksudkan untuk membuat masyarakat tidak nyaman. Ia hanya ingin pemerintah mengerti akan protes yang disuarakannya dan akan terus dilakukan hingga mendapat respons.
Yang lain meneriakkan, "Bebaskan Hong Kong," dan "Revolusi zaman kita".
Baca juga: Penolakan RUU Ekstradisi Jadi Demonstrasi Terbesar di Hong Kong
Pada pagi tadi, para penumpang dijejalkan ke stasiun-stasiun di seluruh kota, menunggu kereta yang tertunda dan tanpa ada layanan di beberapa jalur. Operator kereta api MTR Corp (0066.HK) mendesak orang untuk mencari transportasi lain.
Sekretaris Transportasi, Frank Chan, meminta pengunjuk rasa untuk berhenti menargetkan jaringan kereta api yang menyediakan transportasi untuk 5 juta orang per hari.
Hong Kong, yang kembali ke Cina pada tahun 1997, terlibat dalam krisis politik terburuknya selama beberapa dekade setelah 2 bulan protes semakin keras yang telah menjadi salah satu tantangan populis paling berat kepada para penguasa Partai Komunis di Beijing.