Pekanbaru, Gatra.com - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Provinsi Riau berpotensi "menyebrang" ke negara tetangga Malaysia dan Singapura.
Begitu kata Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru Marzuki saat rapat evaluasi kebakaran lahan di Posko Penanggulangan Bencana Karhutla Riau di Komplek Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Senin (29/7).
Kemungkinan itu terjadi kata Marzuki lantaran saat ini arah angin cenderung dominan bergerak dari arah Tenggara ke Barat Daya dan lebih dominan lagi dari arah Selatan, kemudian dari Selatan menuju Utara.
"Kalau kita lihat lagi, setelah sampai ke Utara Equator, arah angin membelok ke arah Timur Laut," terang Marzuki.
Dengan arah angin seperti itu kata Marzuki, ada kemungkinan jika terjadi kabut asap di Riau maka kabut asap itu akan bergerak ke arah Timur Laut.
"Kita sama-sama tahu kalau arah Timur Laut Riau itu adalah Malaysia dan Singapura. Kalau di Malaysia, dominannya ke Kuala Lumpur. Jadi ini yang perlu diwaspadai, jangan sampai kabut asap nyebrang ke negara tetangga," katanya.
Saat ini kata Marzuki, Riau sedang menjalani siklus musim kemarau dan puncaknya di bulan Juli hingga Agustus.
"Di Riau, di bulan Juli masih terjadi hujan meski sangat kurang. Kalaupun ada hanya hujan ringan. Ini terjadi lantaran pengaruh tipe iklim kita itu; Ekuatorial. Jadi meski musim kemarau tetap hujan walau sedikit," jelas Marzuki.
Masuk Bulan September, sebagian wilayah Riau bagian Utara sudah mulai hujan dengan intensitas sedang. Wilayah Utara itu seperti Dumai dan sebagian Bengkalis.
"Pada bulan Oktober sebagian Selatan Riau akan mulai hujan meski masih belum tinggi. Namun di bulan Oktober bagian Utara intensitas hujan sudah sangat tinggi," katanya.