Padang, Gatra.com - Dua harimau Sumatera, Bonita dan Atan Bintang yang berada di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD) Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar) akhirnya siap untuk dilepasliarkan ke habitat aslinya.
Dalam keterangan pers yang diterima Gatra.com di Padang, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama dengan Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dhamasraya- Yayasan ARSARI Djojohadikusumo (PR-HSD Yayasan ARSARI) telah melakukan serangkaian penyelamatan pada dua satwa langka tersebut dan siap untuk dilepasliarkan pada hari ini, Senin (29/7) di hutan Provinsi Riau.
Kedua satwa dilindungi bernama latin Panthera Tigris Sumatrae itu, sejak satu tahun belakangan telah menjalani masa rehabilitasi di PR-HSD Yayasan Yayasan ARSARI Djojohadikusumo, Dharmasraya.
Pada 2018, kehadiran kedua "raja rimba" itu cukup mencuri perhatian publik. Keduanya sama-sama memiliki cerita yang tak kalah menarik. Bonita, si harimau Sumatra dewasa berjenis kelamin betina berhasil dievakuasi tim gabungan dari area perkebunan sawit blok 79 Afdiling IV kebun Eboni PT TH Indo Plantations, di Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir, Riau.
Bonita terpaksa diburu dan ditembak bius oleh tim gabungan untuk mengantisipasi agar konflik satwa liar itu dengan manusia tidak meluas di lokasi kejadian. Pasalnya sejak awal 2016, Bonita diduga kuat sudah menewaskan 2 orang warga di Kabupaten Inhil.
Sementara Atan Bintang, harimau Sumatera berjenis kelamin jantan berusia 4 tahun, terjebak beberapa hari di bawah kolong rumah toko (ruko) di Pasar Pulau Burung, Kecamatan Pulau Burung, Kabupaten Inhil, pada 15 November 2018.
Proses evakuasi terhadap Atan Bintang cukup sulit karena kolong ruko semakin ke dalam semakin sempit dan terdapat sebuah lorong kecil memanjang. Atan Bintang akhirnya berhasil dibius di dalam lorong dan dikeluarkan dari dalam lorong dengan membobol dinding pembatas lorong.
Berdasarkan hasil pemeriksaan di PR-HSD, Atan Bintang diketahui mengalami Anemia Non-regeneratif yang diakibatkan ketidakseimbangan nutrisi.
Kepala BKSDA Sumbar, Erly Sukrismanto menyebutkan pelepasliaran sepasang harimau Sumatera kali ini menambah jumlah harimau Sumatera yang direhabilitasi di PR-HSD untuk dikembalikan ke habitat aslinya.
"Ini merupakan yang ketiga kalinya PR-HSD melepasliarkan satwa langka itu kembali ke habitatnya (dengan jumlah) menjadi empat ekor," ucap Erly.
Ia mengatakan pihaknya melakukan pemasangan GPS Collar terhadap Bonita dan Atan Bintang untuk mengetahui pergerakannya serta mengetahui home range serta adaptasi harimau tersebut di habitat barunya di Riau.
“Kita harapkan mulai saat ini satwa liar dapat dilindungi, termasuk harimau sumatera yang berada di luar kawasan konservasi. Semangat bekerja bersama menjadi kunci untuk sinergi selanjutnya,” katanya.